Salah satu bagian penting dalam usaha mewujudkan Risalah Perempuan Berkemajuan yakni dapat melalui pemberdayaan Immawati. Risalah Perempuan Berkemajuan sendiri merupakan sebuah rumusan berupa dokumen yang dihasilkan lewat Muktamar ‘Aisyiyah ke-48 di Surakarta pada tahun 2022 silam.
Dilansir dari situs Aisyiyah.or.id (2023), dokumen tersebut berisi upaya-upaya untuk membimbing sekaligus mengembangkan potensi perempuan dalam mewujudkan risalah Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam. Dalam hal ini, Immawati yang juga menjadi bagian dari gerakan perempuan di persyarikatan idealnya tidak hanya sekadar berperan di ranah organisasi, tetapi juga sebagai penggerak dan garda terdepan dalam memperjuangkan hak-hak dan potensi perempuan.
Oleh sebab itu, melalui optimalisasi peran dan kontribusi dalam gerakan, Immawati diharapkan mampu untuk mewujudkan Risalah Perempuan Berkemajuan entah itu di ranah pendidikan, kepemimpinan, maupun kontribusi sosial.
Konsep Perempuan Berkemajuan
Dalam pandangan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, perempuan berkemajuan dimaknai sebagai sosok yang memiliki alam pikiran dan kondisi kehidupan yang maju dari segala aspek tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi dalam struktural maupun kultural. Lebih lanjut, kondisi perempuan yang maju adalah mereka yang berilmu pengetahuan dengan dilandaskan iman.
Konsep ini lahir dari pemikiran progresif Muhammadiyah yang berkomitmen untuk membangun masyarakat yang adil dan sejahtera melalui pemberdayaan perempuan. Melalui pendekatan integratif antara agama, pendidikan, dan pemberdayaan, Muhammadiyah berupaya menempatkan posisi perempuan sebagai agen perubahan yang aktif dalam membangun peradaban.
Kemajuan perempuan sendiri dapat ditandai dengan potensi dan kesempatannya untuk meraih prestasi, bekerja, dan mengembangkan profesi yang sekiranya dapat setara dengan laki-laki. Setara di sini maksudnya agar perempuan mampu memaksimalkan potensi diri guna bersaing dengan laki-laki sesuai dengan porsi dan fitrahnya tanpa ada diskriminasi di antara keduanya. Hal ini kiranya selaras dengan firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 32:
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Peran Immawati di Masyarakat
Immawati sebagai kader perempuan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dapat mengambil peran aktif dan memanfaatkan kesempatan yang ada di ranah masyarakat. Misalnya, dengan turut berkontribusi sesuai kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk demi kepentingan umat. Sehingga, Immawati pun tidak hanya sekadar menyuarakan gagasan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, tetapi juga turut mengaplikasikannya di tengah masyarakat.
Secara praksis pun beragam bentuknya dan Immawati dapat menyesuaikannya. Seperti menyuarakan dalam bentuk opini maupun tulisan yang nantinya dapat dibaca oleh para perempuan di luar sana, memasifkan ruang diskusi yang membahas tentang gerakan keperempuanan.
Tidak hanya itu, Immawati juga dapat mengambil perannya di masyarakat. Seperti turut membantu sebagai guru mengaji di masjid-masjid Muhammadiyah, membuka peluang belajar untuk anak yatim maupun piatu atau bahkan anak jalanan. Tentunya, melalui pendampingan dan bimbingan selama proses belajar pun dapat membuka kesempatan bagi mereka-mereka yang tidak mendapatkan akses pendidikan.
Atau mungkin, turut berkontribusi dalam kegiatan sosial yang diadakan oleh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang terdapat di lingkungan sekitar. Dari situ Immawati dirasa dapat terbiasa untuk membangun peradaban melalui gerakan pendidikan dan sosial.
Karena nantinya dari apa yang telah mereka terapkan di IMM sebagai seorang pemimpin, juga bisa mereka terapkan dan kembangkan untuk bisa memanajemen di kalangan masyarakat. Sosok aktivis perempuan tampaknya juga dibutuhkan sebagai penggerak dalam kegiatan ataupun program-program di masyarakat, bisa dalam bentuk kontribusi inovasi gagasan yang dimilikinya agar dapat mengembangkan proyek tersebut, juga bisa dengan turun langsung dan praktik ke lapangan.
Hal itu merupakan bentuk nyata dari sosok aktivis mahasiswa yang dibutuhkan oleh kalangan masyarakat. Sekaligus bisa menghilangkan stigma negatif di kalangan masyarakat yang sekiranya masih terbilang kolot, bahwa aktivis perempuan itu dibutuhkan perannya, dan perempuan tidak hanya stuck di rumah atau sebagai gadis desa saja tanpa berkontribusi aktif. Karena sosok aktivis perempuan nantinya juga akan menjadi penerus dari generasi ibu-ibu yang telah menginisiasi proyek ataupun kegiatan keperempuanan di masyarakat tersebut.
Pendidikan dan Pengembangan Kapasitas Immawati
Pentingnya pendidikan bagi Immawati juga menjadi salah satu penunjang untuk menjadi perempuan berkemajuan. Seperti misalnya melalui pendidikan formal maupun non formal guna mengangkat derajat perempuan ataupun Immawati agar dapat setara di ranah publik dengan laki-laki.
Pendidikan Immawati juga tidak hanya dilakukan di bangku perkuliahan saja, namun pendidikan bagi Immawati juga dapat diperoleh melalui pendidikan non formal seperti yang sering diadakan oleh IMM sendiri, contoh salah satunya yakni Diksuswati (Pendidikan Khusus Immawati)
Menurut Pedoman Gerakan Immawati (2018) yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Jawa Timur (Jatim), kegiatan Diksuswati bertujuan untuk membentuk kader Immawati sebagai insan akademisi yang berakhlak mulia dan mampu menjadi pelopor, serta pioner dalam menggerakkan roda organisasi sekaligus mengamalkan syariat Islam sebagai rangka demi mencapai tujuan yang dicita-citakan. Dalam hal ini pun diharapkan agar kader-kader Immawati nantinya mampu memiliki peran baik itu sebagai kader persyarikatan, umat maupun bangsa.
Selain itu, terdapat juga kegiatan pendidikan dalam bentuk perkaderan yang juga membahas tentang perempuan yaitu Madrasah Mubadalah yang sempat diadakan oleh Koordinator Komisariat (Koorkom) IMM Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Dikutip dari immuinsasby.com (2024), kegiatan ini bertujuan untuk mencetak kader-kader muslimah yang dapat menjadi pelopor, penggagas, dan penggerak untuk bersama-sama memberdayakan Immawati UINSA.
Melalui kegiatan tersebut, Immawati juga diharapkan memiliki kepedulian terhadap sekitar dan juga sesamanya sebagai manifestasi dari gagasan women support women, serta terbentuknya Immawati cerdas, kreatif, berdaya, dan menginspirasi. Dengan mengikuti kegiatan pendidikan non formal seperti perkaderan khusus Immawati tersebut, dapat menambah wawasan, melatih keberanian Immawati untuk saling berinteraksi dan berdiskusi di depan publik, serta mampu mengembangkan potensi dan memanfaatkan relasi yang didapat untuk proses pengembangan diri.
Pemberdayaan Immawati dalam Konteks Organisasi
Dalam konteks organisasi, dirasa penting untuk mendukung dan memberdayakan Immawati melalui peran di struktural. Memberikan kepercayaan bagi Immawati untuk menjadi pemimpin suatu bidang maupun IMM di setiap tingkat pimpinan dengan turut mempertimbangkan potensi kepemimpinan yang dimiliki.
Akhir-akhir ini sudah lumayan kita temukan di tingkat IMM komisariat, koorkom, maupun cabang bahwa Immawati sudah diberikan ruang untuk dapat berperan, dan berkembang di bidang yang sesuai dengan potensinya. Bahkan juga terdapat Immawati yang memecahkan rekor untuk bisa maju ke menjadi formatur di tingkat pimpinan daerah Jawa Timur contohnya.
Dengan beberapa hal di atas, kiranya dapat menghilangkan beberapa stigma negatif bahwa tidak selamanya perempuan yang berorganisasi itu hanya dengan kumpul sampai malam atau sampai berbaur dengan lawan jenis saja. Lebih dari itu, pemberian peran kepada Immawati utamanya juga dapat membentuk jiwa keberanian dan kepemimpinan, serta membuka wawasan-wawasan baru bagi mereka.
Wacana Kolaborasi dengan Organisasi Perempuan Lainnya
Menjaring relasi sebanyak-banyaknya juga sangat diperlukan oleh seorang Immawati, entah hanya untuk kepentingan pribadi maupun organisasi. Di luaran sana tentunya juga terdapat banyak organisasi yang memfokuskan pada ranah keperempuanan selain bidang Immawati yang dimiliki oleh IMM, di antaranya seperti KOHATI (Korps HMI Wati), KOPRI (Korps PMII Putri), Fatayat NU, dan Nasyiatul ‘Aisyiyah.
Dari beberapa organisasi perempuan tersebut, tentunya mereka memiliki ciri khasnya masing-masing dalam mengembangkan sosok kader perempuan di dalamnya. Namun, gagasan-gagasan mereka dapat kita persatukan dan didialektikakan satu sama lain agar dapat terwujudnya rencana gerakan kolaboratif.
Salah satu tujuan dasarnya yaitu sebagai bentuk gerakan women support women, yang nantinya bisa bermanfaat bagi pemberdayaan perempuan. Tak hanya sebatas pada pemberdayaan saja, boleh jadi melalui wacana kolaborasi ini juga mampu untuk mengawal isu kesetaraan gender, pengkajian perempuan dalam sudut pandang keislaman, serta dapat menyediakan ruang ataupun platform bagi pengembangan diri perempuan.
*Penulis adalah Sekretaris Umum IMM Komisariat Ushuluddin dan Filsafat periode 2023-2024 dan Anggota KM3.