Tantangan Westernisasi Gen Z

Ilustrasi diedit menggunakan Canva. (Immsby.or.id/Muhammad Habib Muzaki)

 

Di balik gemerlapnya arus sosial media, awalnya saya mencoba bersikap netral, menanggapi kemajuan zaman yang ada ini. Apa salahnya kita selalu update hal-hal viral terbaru? Kenapa kita terlalu sensi pada mereka yang viral dan terkenal di sosial media?

Namun, lama-kelamaan jika kita cermat menelaah, hype-hype yang berkembang hari ini ternyata cenderung berefek negatif pada generasi muda ini. Terutama generasi Z muslim.

Sosial media hari ini tentu tidak bisa ‘bebas nilai’. Tidak bisa lepas dari pengaruh ideologi dan pemikiran di balik layarnya. Mau tidak mau kita harus menyadari fakta akan adanya usaha framing barat atau westernisasi untuk menjadikan semua mau menerima dan mengikuti kultur Barat. Dan, itulah sekarang mereka jadikan hype.

Maka dengan kata lain umat muslim terkhusus Gen Z juga akan menjadi korban framing itu dan mulai melepas identitas agamanya. Kultur keislamannya hanya karena telah ter-framing di alam pikirannya kalau menjadi kebarat-baratan berarti ‘benar’, karena banyak orang yang mendapat hype  jika mereka persis meniru-niru budaya Barat, termasuk pemikirannya, kebebasannya, gaya fashion-nya, hingga kekufurannya.

Sulit sekali untuk membendung situasi ini di zaman sekarang. Rasulullah Saw pernah mewanti-wanti akan datangnya situasi ini. “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (H.R. Musim)

Umat Islam hari ini, terutama anak mudanya seperti terombang-ambing mengikuti arus yang dibuat oleh umat lain. Semua itu seperti arus yang begitu deras yang di dalamnya Gen Z mau tidak mau, sekali tercebur di dalamnya akan langsung terhanyut terpengaruh pola pikirnya.

Maka tidak heran, jika dari arus-arus tersebut, karena tidak memliki filter yang memadai untuk menyaring, jika ada anak muda yang mengaku muslim tapi ia berbangga bilang saya muslim dan saya liberal. Beberapa yang lain mengatakan, agar negeri ini maju maka perlu adanya sekularisasi ilmu pengetahuan.

Ada pula argumen, jangan bawa-bawa Islam di kancah politik, Islam tempatnya ya di masjid. Selain itu, ada juga mereka yang menggaung-gaungkan Islam bukan agama yang paling benar, sebab agama-agama yang lain pun juga mengajarkan kebenaran, sehingga semua agama di mata Tuhan ituu sama.

Beberapa dari mereka juga membolehkan LGBT atas dasar kemanusiaan. Mungkin mengelak, dan bergelak tawa mendengar ini, tapi memang itu yang sedang terjadi di tubuh generasi muda Islam hari ini. Indikasi penyakit pada pemikiran mereka tak jauh dari SIPILIS (Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme) yang merupakan produk dari Barat untuk melemahkan umat islam. Perilaku kebarat-baratan ini sebut saja ‘Tasyabbuh Modern’.

Pengaruh Barat benar-benar luar biasa, karena penjajahan mereka hari ini bukan lagi berbentuk imperialisme seperti di abad 19-20, namun upaya mereka hari ini dengan perlahan membentuk pola pikir yang mem-Barat-kan siapapun yang bukan Barat.

Mereka juga memberi cap buruk bagi siapa saja, kultur di mana saja, agama apa saja yang tidak mengikuti budaya dan pemikiran Barat. Semua ini adalah hasil dari efek westernisasi budaya Barat yang perlahan tapi pasti meracuni pemikiran muslim di zaman ini.

Virus ini cepat sekali menyebar di tubuh muslimin. Gen Z lah yang menjadi mangsa empuk karena bersingungan langsung dengan media dan teknologi yang didesain oleh Barat, sehingga mudah saja untuk mengontrol mereka. Sekularisasi ilmu juga mulai terlihat di lingkungan universitas dengan memisahkan ilmu-ilmu agama dan ilmu umum menjadi dua golongan yang berbeda dan tidak bisa disangkut-pautkan, tersekularisasikan.

Tentu saja, hal ini berimbas kepada mahasiswa dan penuntut ilmu yang terpolarisasi menjadi golongan yang belajar ilmu umum dan golongan ilmu agama. Padahal yang seharusnya ilmu umum tidak bisa dilepaskan bebas dari ilmu agama, pun sebaliknya. Seakan-akan ilmu harus dipisahkan dengan urusan iman. Intelektualitas diadu religiusitas.

Bukankah banyak terjadi kekacauan hari ini karena ilmu kemajuan teknologi hari ini lepas bebas tanpa kendali yang justru menjadi membahayakan, seperti nuklir, senjata biologi, dll.

Maka, kekhawatiran hari ini kepada Gen Z adalah ketidaktahuan mendeteksi adanya ancaman pemikiran di balik sosial media mereka. Di satu sisi semakin berbahayanya westernisasi yang terjadi, di sisi lain Gen Z yang semakin tidak berminat mendalami ilmu agama mereka sendiri.

Sehingga hari ke hari semakin keruh dan sulit mencari solusi yang mujarab menghadapi tantangan ini. Semua seperti terjebak ke dalam lubang yang tidak mereka ketahui sebelumnya. 


 

*Penulis adalah Anggota Bidang RPK IMM Komisariat Al-Faruq dan Anggota Divisi Kepenulisan Kreatif Cendekiawan Institute.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *