Recent News

Mereka yang Tertindas: Teman Disabilitas yang Masih Kesulitan Mendapatkan Haknya

Oleh: M. Ubaidillah Masrur, Bendahara Umum PC IMM Kota Surabaya

Surabaya – Mereka sedang ditindas, bukan oleh kehidupan melainkan oleh sistem dan ketidakpedulian. Hak-hak yang seharusnya mudah didapatkan oleh setiap individu ternyata susah didapatkan oleh teman disabilitas. Pemikiran itu muncul setelah saya mendengarkan cerita dari guru pamong ketika menjalankan PLP (Pengenalan Lapangan Persekolahan) di suatu SLB Negeri Jawa Timur.

Saat itu saya bertanya “kenapa si A (salah satu siswi) selalu datang terlambat dan pulang duluan”. Merespon pertanyaan saya, beliau menceritakan perjuangan ibu si A yang menaiki sepeda listrik menempuh jarak kurang lebih 10 Km menempuh jalan utama yang menghubungkan dua kota dan dilewati banyak kendaraan besar. Saya tidak bisa membayangkan seorang ibu bersama anaknya yang mengidap autisme melewati jalan seperti itu tiap hari dengan sepeda listriknya.

Mendengar cerita itu muncul dalam pikiran saya “mengapa sekolahnya harus sejauh itu sampai keluar kota?”. Ternyata karena di kota tempat tinggalnya tidak terdapat SLB Negeri. Sehingga biaya pendidikan yang ditanggung ibu dengan pekerjaan paruh waktu menjaga konter hp itu tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari.

Tidak Adanya Kesadaran

Tak hanya itu, ternyata terdapat banyak orang yang serupa dengan si A di sekolah tersebut. Tapi sampai hari ini kota tersebut belum memiliki SLB Negeri.  Walau ada kabar beredar pada tahun 2023 pemerintah kota tersebut akan mendirikan SLB Negeri dan mulai dibangun tahun 2024. Namun hingga kini tidak terlihat hasil dari kabar tersebut. Sehingga pemerintah seakan-akan tidak peduli pada akses pendidikan murah yang wajib diberikan oleh negara dan kelihatan membiarkan pihak swasta sudah cukup untuk memenuhi kewajiban tersebut.

Padahal di kota tersebut terdapat beberapa kampus yang memiliki jurusan pendidikan luar biasa dengan jumlah mahasiswa yang banyak pula. Saya menganggap ini sebagai sebuah ironi karena tidak adanya kesadaran.

Keresahan Pihak Swasta

Saya juga sempat mengobrol dengan teman-teman yang mengajar di slb swasta. Banyak dari mereka yang berharap adanya slb negeri di kota tersebut. Sehingga anak didik mereka bisa mendapatkan pendidikan yang murah. Kebanyakan orang tua dari siswa disabilitas dari kaum menengah-kebawah.

Biaya rata-rata yang ditawarkan sekolah swasta adalah 100-600k perbulan karena pada sekolah swasta operasional dan honor guru ditanggung yayasan. Dengan biaya pendidikan sebesar itu cukup membebankan orang tua dari siswa disabilitas. Biaya tersebut belum termasuk biaya terapi yang harus dijalani oleh siswa tersebut.

Beberapa pihak swasta merasa resah terhadap fasilitas yang dimilikinya. Sebagian masih berupa rumah pribadi yang diubah menjadi sekolah atau sebuah bangunan yang dikontrakkan. Terkadang sekolah harus berpindah” karena kontrak bangunannya habis. Selain itu sekolah tidak memiliki alat-alat atau fasilitas pendamping karena harganya mahal. Padahal fasilitas pendamping tersebut sangat penting untuk membantu pembelajaran.

Kenapa Tidak di Sekolah Inklusi

Terkadang orang tua memikirkan untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah inklusi karena biayanya lebih murah. Namun kebanyakan orang tua tidak jadi menyekolahkan anaknya pada sekolah inklusi karena takut anaknya mengalami perundungan dan pengucilan. Selain itu orang tua juga harus menyediakan dan membayar shadow teacher atau guru pendamping khusus secara terpisah. Yang mana biayanya pun tidak murah.

Selain karena ketakutan tersebut, aturan-aturan yang dimiliki sekolah inklusi cukup menantang. Salah satunya kuota, banyak sekolah yang hanya menerima siswa disabilitas dengan kuota terbatas. Itu pun hanya menerima siswa dengan IQ minimal 70. Fasilitas yang dimiliki sekolah inklusi dirasa belum cukup lengkap dan memadai untuk memenuhi kebutuhan siswa disabilitas.

Apa yang Dilakukan Orang Tua?

Biaya pendidikan yang sebesar itu menyebabkan orang tua dengan ekonomi terbatas terkadang memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya. Membiarkan anaknya tidak mendapatkan pendidikan. Padahal pendidikan tersebut berguna untuk kemandirian anak kelak.  Sebagian orang tua juga memilih cara lain dengan menempuh perjalanan jauh demi anaknya mendapatkan akses pendidikan. Walau harus melewati banyak cobaan dan rintangan rasa cinta orang tua pada anaknya tak pernah hilang sehingga mereka terus berjuang.

Banyak pihak yang mengharapkan pemenuhan akses pendidikan tersebut. Menunggu segera meratanya pembangunan SLB Negeri untuk anak-anak disabilitas. Saya pun berharap seperti itu sehingga pemerintah mampu memenuhi hak-hak dasar teman-teman disabilitas. (*)

Tags :

Redaksi IMM Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular News

Recent News

PC IMM Surabaya adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Organisasi Otonomi Muhammadiyah

© 2025 PC IMM Surabaya. All Rights Reserved by FeekzzDev.