Ribuan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surabaya serentak suarakan aspirasi politik melalui Mimbar Bebas. Mimbar Bebas ini menjadi rangakaian acara dari Masa Taaruf Mahasiswa (MASTAMA) 2025, Jumat (19/9/2025) .
Selepas sholat Jum’at, mahasiswa baru berkumpul di depan Gedung At-Tauhid, di bawah terik matahari menyengat. Acara ini menghadirkan serangkaian penampilan yang mengkritik kebijakan pemerintah hari ini.
Mulai dari orasi, pembacaan puisi, hingga penampilan teatrikal bergantian ditampikan. Acara ini menjadi bentuk aspirasi kreatif mahasiswa dalam menyampaikan kritik politik.
Mimbar Bebas ini mengangkat tema “Pemerintah Berkuasa Rakyat Teraniaya: Kekuasaan, Keadilan, dan Nasib Rakyat di Era Rapor Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran”.
Ketua Koordinator Komisariat (Koorkom) IMM Universitas Muhammadiyah Surabaya, Izza Mukmin, menjelaskan alasan pengangkatan tema tersebut. Menurutnya, kader IMM perlu sadar atas ketidakadilan yang masih marak di Indonesia.
“Mimbar bebas ini juga bagian dari kaderisasi untuk mengimplementasikan nilai-nilai ideologi. Segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalah lawan besar gerakan IMM perlawanan terhadapnya adalah kewajiban setiap kader IMM,” tegas Izza.
Tampilan Drama
Selain orasi, ada penampilan drama yang menggambarkan DPR yang berjoget, juga polisi bertindak anarkis terhadap ojek online, lengkap dengan adegan korban terluka hingga tim medis yang menangani.
Jundillah, salah satu penampil drama, menjelaskan alasan pementasan ini merupakan ekspresi kekecewaan kinerja pemerintahan hari ini.

Penampilan Drama para Mahasiswa. Dok. Medkom IMM UMSurabaya
Penggagas sekaligus koordinator lapangan, Imam Khurdianto menilai, mahasiswa perlu diberi ruang kebebasan berkespresi, terutama di kampus.
“Ini adalah wadah yang dibutuhkan mahasiswa karena mereka sebagai agent of change.” ujarnya.
“Penampilan ini adalah tamparan kepada mereka yang memiliki jabatan dan sering membuat kebijakannya yang sewenang wenang.” pungkas Imam.
Tampak spanduk-spanduk besar bertuliskan ‘Keadilan milik rakyat’, ‘Diam ditindas’.
Rangkaian mimbar bebas ini dilanjut dengan pembentangan spanduk raksasa bergambar para tokoh aktivis seperti Wiji Tukul, Munir, Tan Malaka dan Marsinah.
Dari momen simbolik ini, Azhar, salah satu orator dari komisariat Ushuluddin FIAD, berharap tokoh-tokoh tersebut menjadi inspirasi mahasiswa.
“Semangat memperjuangan dan menyuarakan kebenaran ini perlu diwariskan generasi, terkhusus kepada mahasiswa baru.” tegas Azhar.
Naufal, Bidang Kader Koorkom, menegaskan bahwa mimbar bebas ini bukan sekedar agenda seremonial MASTAMA, jauh lebih penting adalah sebagai langkah awal mengenalkan mahasiswa baru agar tertarik kepada IMM.
Penulis: Rafif Burhanuddin Muhammad
