“Siap Perintah Ketua!” Kalimat ini lah yang sering kita dengar belakangan ini. Seolah-olah menggambarkan seorang anak buah berbicara kepada bos yang memiliki segalanya.
Fenomena ini mencerminkan ironi yang terjadi dalam ikatan tercinta. Sosok ketua dianggap sebagai orang yang paling benar dan paling memahami segala hal.
Memang benar bahwa setiap anggota disumpah pada saat pelantikan untuk taat dan patuh terhadap pimpinannya. Namun apakah semua hal harus dipatuhi tanpa pertimbangan? Coba renungkan.
Apakah benar bahwa setiap keputusan yang diambil oleh ketua selalu yang terbaik untuk semua orang? Dalam organisasi yang sehat, penting bagi semua anggota untuk berpikir kritis dan memberikan masukan yang konstruktif.
Kepatuhan buta tanpa pertimbangan dapat menghambat kreativitas dan perkembangan organisasi. Oleh karena itu, penting untuk mempertanyakan apakah semua instruksi harus diikuti secara mutlak atau apakah ada ruang untuk diskusi dan perbaikan.
Marilah kita merenungkan kembali arti dari sumpah kita dalam ikatan dan bagaimana kita bisa tetap menghormati pimpinan sambil juga berkontribusi secara aktif dalam pengambilan keputusan yang lebih bijaksana. Jangan sampai kita salah memahami dari makna tersebut.
Buya Hamka dalam Tasawuf Modern (2014) mengatakan bahwa setiap individu memiliki hak untuk berpikir secara kritis dan mencari kebenaran. Kebebasan berpikir ini dianggap esensial dalam memperkaya pemahaman dan menghindari kemandekan intelektual.
Selain itu, Hamka menekankan bahwa kebebasan berpendapat harus disertai dengan tanggung jawab. Kebebasan ini tidak boleh digunakan untuk merusak moral dan etika masyarakat, tetapi harus diarahkan untuk mencari kebenaran dan kebaikan bersama.
Hal ini lah yang sepatutnya kita terapkan dalam membangun sebuah organisasi khususnya IMM. Selain itu, memahami pola komunikasi yang baik dapat menunjang berjalannya organisasi yang baik pula. Bukan hanya menjadi kader atau anggota yang “manutan” tanpa mempertimbangkan baik buruknya atau benar tidaknya.
Pola Komunikasi dalam Ikatan
Pola komunikasi dalam organisasi memiliki peran yang sangat penting karena mempengaruhi efektivitas, efisiensi, dan suasana kerja secara keseluruhan. Pola komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mencapai tujuan organisasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif. Secara umum, kita megenal tiga pola, yaitu instruktif, koordinatif, dan konsultatif (Muzzammil, 2021).
Pertama, instruktif. Pola komunikasi instruktif bersifat satu arah di mana atasan memberikan informasi atau perintah kepada bawahan, baik dalam hirarki organisasi (Ikatan semua tingkatan) maupun jabatan struktural.
Tujuan utama komunikasi ini adalah memberikan arahan yang jelas dan spesifik mengenai tugas atau prosedur yang harus dilakukan. Dengan demikian, kesalahpahaman dapat dihindari dan semua anggota organisasi dapat bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Komunikasi instruktif juga berperan dalam menjaga kedisiplinan dan efisiensi dalam organisasi IMM. Hal ini dapat memastikan anggota bekerja dengan fokus dan terarah, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan kinerja keseluruhan
Sangat penting bagi pimpinan untuk menyampaikan instruksi secara konstruktif agar anggotanya merasa didukung dan termotivasi. Dengan komunikasi instruktif yang efektif, IMM dapat mencapai tujuannya dengan lebih terstruktur dan terorganisir.
Kedua, koordinatif. Pola komunikasi koordinatif bersifat dua arah yang melibatkan interaksi antara berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pola ini, komunikasi terjadi secara horizontal di antara individu atau bidang yang setara dalam organisasi.
Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa semua pihak bekerja secara selaras dan terkoordinasi dengan baik. Melalui komunikasi koordinatif, anggota organisasi dapat berbagi informasi, mendiskusikan ide, serta menyelesaikan masalah bersama-sama. Pola ini penting untuk menyatukan antar bidang IMM, sehingga dapat menciptakan sinergi dan meningkatkan efisiensi kerja.
Selain itu, juga membantu mengurangi kesalahan dan duplikasi kinerja, karena setiap pihak mengetahui peran dan tanggung jawab masing-masing. Dengan adanya komunikasi yang baik, setiap anggota dapat memberikan kontribusi maksimal dan mendukung target yang ingin dicapai bersama.
Ketiga, konsultatif. Ini adalah pola komunikasi dua arah yang menekankan diskusi dan konsultasi. Biasanya hal ini dilakukan oleh bawahan ke atasan atau anggota ke pimpinan. Pihak yang memiliki otoritas atau pengetahuan lebih memberikan nasihat, panduan, atau informasi kepada pihak lain yang membutuhkan.
Tujuan utamanya adalah membantu pengambilan keputusan yang lebih baik melalui pertukaran informasi. Dengan komunikasi konsultatif, individu atau tim dapat memperoleh wawasan dan rekomendasi untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan meningkatkan keterampilan mereka.
Pola ini dapat mendorong partisipasi aktif dan dialog terbuka, hal ini dapat menciptakan lingkungan organisasi yang kolaboratif dan inovatif. Melalui keterlibatan aktif semua pihak, ide dan perspektif yang berbeda dapat digabungkan untuk menghasilkan solusi yang lebih efektif.
*Penulis adalah Ketua Bidang RPK PC IMM Kota Surabaya.