Teori Hierarki Kebutuhan Maslow untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik

Ilustrasi diedit menggunakan Canva. (Immsby.or.id/Muhammad Habib Muzaki)

 

Prokrastinasi merupakan suatu perilaku yang paling sering menjangkiti kalangan remaja, terutama di kalangan para mahasiswa. Lebih spesifiknya, prokrastinasi adalah perilaku atau sikap seseorang yang tidak terkendali ketika menjalankan suatu tugas atau pekerjaan (Putri, 2019).

Isltilah dari prokrastinasi ini berasal dari bahasa latin, yaitu procrastination yang memiliki artian tugas atau pekerjaan ditunda hingga keesokan harinya dan pada akhirnya pekerjaan tersebut masih belum selesai (Rahmatia dkk, 2015).

Prokrastinasi juga adalah ketika seseorang secara sadar menunda melakukan sesuatu padahal tahu hal itu akan berdampak buruk (Damri, 2017). Dalam mengatasinya, teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow dapat digunakan agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan optimal. Sehingga nantinya, pelajar atau mahasiswa dapat memiliki perilaku yang produktif.

Menurut Maslow, manusia didorong untuk memenuhi kebutuhannya yang paling dibutuhkan menurut waktu, situasi, dan pengalamannya sendiri menurut hierarki. Lebih lanjut menurut teori ini, seseorang tidak dapat memuaskan kebutuhan kedua jika kebutuhan pertama tidak terpenuhi, dan seseorang tidak dapat memuaskan kebutuhan ketiga sampai kebutuhan kedua terpenuhi, dan seterusnya (Jerome, 2013).

 

Teori Hierarki Kebutuhan

Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima kebutuhan dasar dan menjelaskannya dalam bentuk piramida tingkatan yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa memiliki dan cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Ginting, 2018).

Pertama, kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini termasuk kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologi dan biologi manusia yang terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh yang relatif konstan.

Menurut Maslow, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk dipenuhi. Kebutuhan fisiologis inilah yang lebih penting untuk kepuasan setiap orang. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, kebutuhan tersebut naik ke tingkat kebutuhan berikutnya yaitu kebutuhan akan rasa aman.

Kedua, kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan seperti rasa aman, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, kegelisahan, dan kebingungan. Maslow menjelaskan bahwa manusia berusaha mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan.

Kebutuhan ini adalah tentang memberi dan menerima cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki. Kebutuhan tersebut dapat diwujudkan oleh pendidik dan pengajar melalui pembelajaran demokratis. Hal ini dapat dicapai dengan mencoba berbagai latihan pembelajaran tanpa rasa takut atau pelecehan dari pengajar atau siswa lain jika siswa tersebut mengaku belum menguasai materi pelajaran.

Ketiga, kebutuhan rasa dicintai. Kebutuhan akan keinginan untuk diterima keberadaan dirinya dalam suatu lingkungan tampa membedakan kondisi fisik, ras ataupun perbedaan kehidupan social.

Jika kebutuhan ini dapat terpenuhi maka akan menumbuhkan sikap kepercayaan diri yang tinggi sehingga dirinya merasa mempunyai kesempatan sama untuk maju dan akan mendorong seseorang tersebut untuk terlibat pada semua kegiatan sesuai dengan minat dan bakat yang ia miliki.

Keempat, kebutuhan harga diri. Ini adalah kebutuhan individu untuk diakui kebradanya oleh pihak lain. Kebutuhan ini dapat direlisasikan oleh pendidik atau dosen dengan cara memberi dukungan kepada masiswanya mengutarakan pendapatnya apabila tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Oleh sebab itu, keberadaan mahasiswa perlu diakui dan wajib direalisasikan. Karena semakin tinggi pengakuan terhadap keberadan mahasiswa tersebut, maka semakin tinggi pula kebutuhannya untuk menunjukkan prestasinya.

Kelima, kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini juga disebut dengan kebutuhan terhadap perwujudan diri. Kebutuhan ini biasanya dapat terpenuhi setelah kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, dan pengakuan dari orang lain terpenuhi (Susanto, 2018).

Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan seseorang untuk menjadi dan melakukan apa yang diinginkan.

 

Mengurangi Prokrastinasi Akademik

Dalam konteks pendidikan, hierarki kebutuhan Maslow dapat menjadi acuan ilmiah untuk memotivasi siswa dalam proses belajar. Pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendorong siswa untuk melaksanakan tugas dan bekerja secara maksimal.

Hal ini sangat penting, karena jika kebutuhan dasar siswa tidak terpenuhi maka prestasi akademiknya akan terkena dampak negatif. Untuk mencapai hal ini, pendidik harus memastikan bahwa kelima kebutuhan ini terpenuhi (Fatimah, 2010)

Implementasi teori ini dapat diterapkan dalam proses pendidikan. Misalnya pada pemenuhan kebutuhan fisiologis, pihak kampus harus menyediakan berbagai fasilitas yang membantu mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan fisiknya antara: kantin, ruang kelas yang bersih nyaman dan aman, toilet, musala, serta lingkungan belajar yang mendukung (Fatimah, 2018).

Pada kebutuhan rasa aman, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: Mempersiapkan program pemebelajaran yang baik mulai dari materi pelajaran dan media pembelajaran yang mendukung jalanya proses belajar.

Dosen dapat mengarahkan mahasiswanya saat berada di kelas. Dosen dapat menerapkan disiplin serta labih banyak memberiakan reward berupa pujian daripada hukuman pada mahasiswa (Fatimah,2018).

Lalu kebutuhan akan dimiliki dan dicintai. Dalam pemenuhan kebutuhan akan dimiliki dan dicintai ini, dosen diharuskan bersikap empati kepada mahsiswa memberikan perhatian, sabar, bersikap adil, terbuka, menjadi pendengar yang baik untuk mahasiswanya. Menjadi orang yang dapat diandalkan, menghargai pendapat, pemikiran dan keputusan mahasiswa, dsb.

Selanjutnya pada kebutuhan harga diri. Fatimah (2018) menjelaskan bahwa kebutuhan ini adalah bagaimana membuat mahasiswa untuk menghargai diri sendiri. Misalnya seperti penguasaan diri, kompetensi diri, prestasi, percaya diri, dan kemandirian.

Dalam konteks ini, mahasiswa perlu dihargai oleh orang lain dalam berbagai aspek seperti status, ketenaran, dihormati, apresiasi, dan diterima.

Terakhir, kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini akan terpenuhi secara maksimal apabila individu mampu untuk menggunakan semua potensi, bakat setra kemampuan yang dimilikinya.

Individu yang telah mncapai aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh dan akan mendapat kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain tidak menyadari akan hal itu (Fatimah, 2018).


 

*Penulis adalah Ketua Bidang Organisasi IMM Komisariat Allende Periode 2022-2023.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *