Hasil Riset: Pemahaman Ideologi IMM Berpengaruh Terhadap Keaktifan Berorganisasi

Kader-kader IMM Komisariat Al-Faruq dalam momen Rencana Tindak Lanjut (RTL) Darul Arqam Dasar (DAD) pada Ahad (25/2/2024) di Masjid Al-Jihad, Rungkut, Surabaya. (Immsby.or.id/Rafif Burhanuddin Muhammad)

 

Surabaya (9/7) – Kader yang mrotol atau tidak aktif masih menjadi momok di banyak organisasi, tak terkecuali IMM. Berangkat dari fenomena tersebut, Lembaga Semi Otonom (LSO) PC IMM Kota Surabaya, Cendekiawan Institute melakukan riset mengenai pengaruh pemahaman ideologi IMM terhadap keaktifan berorganisasi.

Riset ini dilakukan pada 1-9 Juli 2024 dengan menyasar IMM Komisairat Al-Faruq UM Surabaya sebagai subjek penelitiannya. Adapun sampel yang digunakan berjumlah 40 kader. Hasil dari riset ini menemukan bahwa pemahaman ideologi IMM ternyata berpengaruh positif terhadap keaktifan berorganisasi sebesar 45,6 %.

 

Riset: Upaya untuk Tidak Berhenti di Asumsi

Latar belakang riset ini berangkat dari beberapa diskusi yang dilakukan oleh Cendekiawan Institute. Salah satunya yang sering dibahas adalah terkait keaktifan berorganisasi. Diskusi-diskusi tersebut banyak menyoroti fenomena kader yang kurang aktif hingga tidak aktif selama berproses di organisasi. Di sisi lain, tidak sedikit Komisariat yang mengeluhkan rendahnya tingkat partisipasi kader di beberapa kegiatan mereka.

Dalam hal ini, Cendekiawan Institute memiliki asumsi bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan berorganisasi adalah pemahaman ideologi IMM. Hal ini terinspirasi dari pernyataan Harari (2017), bahwa pemahaman akan ideologi yang sama dapat memotivasi dan menggerakkan manusia yang berbeda-beda untuk bersatu dan memperjuangkan nilai bersama.

Meski demikian, Cendekiawan Institute tidak menemukan adanya riset terdahulu yang memvalidasi pernyataan bahwa pemahaman ideologi berpengaruh terhadap keaktifan berorganisasi. Selain itu, Cendekiawan Institute juga melihat bahwa selama ini, ketika IMM membahas mengapa seseorang bisa aktif atau tidak di organisasi, seringkali masih bersandar pada asumsi.

Asumsi tersebut masih dibangun dari pengalaman-pengalaman dalam menghidupi organisasi yang disandingkan dengan beberapa literatur. Menurut Cendekiawan Institute, hal tersebut bukan berarti salah. Namun masih diperlukan upaya lanjutan untuk memahami fenomena dengan melakukan riset.

Oleh karena itu, Cendekiawan Institute memutuskan untuk melakukan riset yang lebih mendalam dan sistematis terkait pengaruh pemahaman ideologi terhadap keaktifan berorganisasi. Riset ini diharapkan dapat memberikan data empiris yang valid dan reliabel sehingga asumsi-asumsi yang selama ini digunakan dapat diuji kebenarannya.

 

Landasan Konseptual Riset

Riset ini mengadopsi konsep pemahaman dari Purwanto sebagaimana dikutip oleh dari Hasanah (2012). Dijelaskan bahwa pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau  konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

Dalam hal ini tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang dinyatakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretaskan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan mengambil keputusan.

Sedangkan ideologi sendiri, menurut Syariati dalam Subando et al. (2023) didefinisikan sebagai sistem keyakinan yang dipilih secara sadar untuk menghadapi berbagai masalah, mengarahkan masyarakat atau negara menuju tujuan yang diimpikan, dan demi mewujudkan cita-cita tersebut, mereka bersedia berjuang.

Dengan demikian, maka pemahaman ideologi IMM adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan mengaplikasikan konsep yang terkait ideologi IMM. Hal ini mencakup kemampuan membedakan, mengubah, menjelaskan, dan mengambil keputusan berdasarkan sistem ideologi IMM yang dipilih secara sadar untuk menghadapi masalah dan mencapai tujuan ideal.

Riset ini menggunakan poin-poin di dalam ideologi IMM mencakup Tujuan IMM, Enam Penegasan, Identitas IMM, Nilai Dasar Ikatan, Trilogi, Trikom, dan Slogan IMM. Poin-poin ini lalu dikembangkan untuk menjadi indikator pada variabel independen.

Lalu, Riset ini juga mengadopsi konsep keaktifan berorganisasi dari Rahmat, et al. (2023). Definisi dari keaktifan berorganisasi adalah kegiatan mahasiswa yang terlibat dalam mengikuti atau menyelenggarakan acara yang diadakan oleh organisasi. Adapun indikator-indikator yang digunakan adalah 1) Tingkat kehadiran dalam pertemuan, 2) Menjalankan jabatan yang dipegang, 3) Pemberian saran, usulan, kritik, dan pendapat bagi peningkatan organisasi, 4) Kesediaan anggota untuk berkorban.

 

Temuan Hasil Riset

Riset ini menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk membuktikan hipotesis bahwa pemahaman ideologi IMM berpengaruh terhadap keaktifan berorganisasi. Data yang diperoleh juga telah lolos uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, dan uji linieritas. Sehingga hasil analisis dapat dianggap akurat dan dapat dipercaya untuk mendukung hipotesis yang diajukan.

Hasil riset ini menemukan bahwa pemahaman ideologi IMM berpengaruh positif terhadap keaktifan berorganisasi. Artinya, semakin kader memahami ideologi IMM, maka partisipasinya di dalam berorganisasi juga akan meningkat.

Analisis ini juga menunjukkan bahwa sebesar 45,6% variasi dalam keaktifan berorganisasi dapat dijelaskan oleh seberapa baik anggota memahami ideologi IMM.  Temuan ini mengindikasikan pentingnya pemahaman terhadap ideologi IMM dalam meningkatkan partisipasi aktif kader dalam kegiatan organisasi.

Sedangkan sisanya, yaitu 54,4%, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar pemahaman ideologi IMM yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Penelitian lebih lanjut dapat mengidentifikasi dan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin turut berperan dalam meningkatkan keaktifan berorganisasi.

Hasil ini memberikan dasar yang kuat bagi IMM di semua level pimpinan untuk mempertimbangkan strategi yang lebih terarah dalam meningkatkan pemahaman ideologi dan keterlibatan aktif anggotanya, guna mencapai tujuan organisasi dengan lebih efektif.

 

Mendorong Riset di Ikatan

Ketua Cendekiawan Institute, Muhammad Habib Muzaki menjelaskan bahwa upaya riset ini adalah cara IMM untuk selalu meng-upgrade dirinya dalam meningkatkan kapasitas keilmuan. Selain itu, riset sendiri belum banyak dilirik untuk dijadikan program kerja. Padahal, hasil riset dapat membantu untuk memahami fenomena dengan lebih baik.

“Selama ini, kami melihat bahwa riset belum menjadi trend untuk menjawab berbagai problem di IMM. Padahal, hasil riset memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dari sekadar pengetahuan biasa. Melalui hasil riset ini, Cendekiawan Institute sekaligus mendorong semua elemen di ikatan menjadikan riset sebagai alternatif dalam memecahkan masalah sekaligus membangun solusi,” paparnya.

Muzaki berharap agar IMM Komisariat Al-Faruq dapat menggunakan hasil riset ini untuk bahan evaluasi ke depannya. Ia juga berterima kasih kepada IMM Komisariat Al-Faruq atas segala bantuan yang diberikan, sehingga kegiatan riset ini dapat berjalan lancar. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa riset semacam ini dapat direplikasi oleh Komisariat lain yang ingin memahami suatu fenomena di dalam organisasi dengan lebih ilmiah.

“Ke depan, kami masih memiliki banyak agenda riset sebagai langkah awal untuk membangun budaya ilmiah di dalam ikatan. Hal ini penting sebab selaras dengan tujuan IMM yang mengandung diksi akademisi Islam. Sebagai akademisi, kita perlu menjawab berbagai tantangan dengan semangat amal ilmiah, ilmu amaliah,” pungkasnya.


 

*Penulis adalah Anggota Bidang RPK IMM Komisariat Al-Faruq dan Anggota Cendekiawan Institute.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *