Ancang-Ancang Malam Kemuliaan

Ilustrasi diedit menggunakan Canva. (Immsby.or.id/Muhammad Habib Muzaki)

 

Berbicara perihal keistimewaan Bulan Suci Ramadan, tentu tak ada habisnya. Ibarat sebuah kolam penyucian, bulan ini ialah jelaga airnya. Sedang gayungnya adalah berbagai macam amalan-amalan salehnya.

Amalan yang beragam, bila dilewatkan tentu sangat disayangkan. Musabab beberapa amalan tersebut memang limited edition, alias tak dapat ditemukan selain di Bulan Ramadan. Salah satu di antara amalan tersebut adalah mencari malam lailatulqadar, malam kemuliaan.

Keistimewaan daripada amalan ini tak main-main, bahkan, Allah Swt. secara khusus menurunkan kalam Alquran yang membahas tentang malam lailatulqadar, yakni surah Al-Qadr. Dikatakan di dalam surah tersebut bahwa malam lailatulqadar adalah malam yang lebih mulia daripada malam seribu bulan.

Beribu malaikat serta ruh turun ke bumi, menyapa para hamba yang giat beribadah. Selain itu, keselamatan senantiasa meliputi pada malam tersebut, hingga fajar menyingsing tiba. Disebut merugilah mereka (manusia) yang melewatkan mulianya malam lailatulqadar.

Sebagai umat muslim yang senantiasa menghamba kepada Allah Swt., tentu kita tak mau termasuk ke golongan orang-orang yang merugi. Sudah barang tentu, dengan kesadaran lahir batin, mengupayakan meraih malam kemulian tersebut adalah usaha yang wajib dilakukan.

Namun, “bertemu” dengan malam lailatulqadar bukanlah perkara yang mudah. Disebutkan dalam firman-Nya bahwa malam kemuliaan terdapat pada sepuluh malam terakhir Bulan Ramadan. Terkhusus malam ganjil, tidak disebutkan secara rinci pada malam ganjil ke berapa. Ibarat misteri, hal ini adalah clue yang sengaja diberikan oleh Allah Swt. agar kita semakin giat beribadah dalam sepuluh malam terkahir tersebut.

Sepadan dengan apa yang dilakukan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw., dalam beberapa riwayat beliau disebutkan juga tak tahu kapan persis jatuhnya malam lailatulqadar. Maka, disebutkan dalam riwayat lainnya tatkala beliau menjumpai sepuluh malam terakhir Ramadan, beliau mengencangkan ikat pinggangnya.

Sebuah metafora yang berarti menggiatkan ibadah. Mengupayakan yang terbaik dalam menghamba. Potret dari militansi seorang hamba. Sebagai umat Nabi Muhammad Saw., mengambil suri teladan akan usaha yang dilakukan oleh nabi, serta mengamalkannya pada diri pribadi adalah sebuah keharusan.

Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya agar beriktikaf, sebuah ibadah berdiam diri di masjid. Iktikaf sebagai lambang ketaatan serta ketulusan dalam beribadah, dianjurkan di dalamnya untuk banyak tadarus Alquran. Sembari berdoa dan memohon ampunan atas kuasa-Nya.

Iktikaf ialah ibadah yang kadang kala muda diucapkan, namun terkesan sulit untuk dilakukan. Dalam prakteknya, iktikaf membutuhkan niat yang purna serta kesabaran yang teramat sungguh untuk dilaksanakan.

Beriktikaf tidak semerta mengharuskan kita umat muslim untuk senantiasa di masjid sepanjang waktu. Dalam penerapannya, iktikaf boleh dilakukan di rumah. Hal ini membuktikan bahwa dalam perkara ibadah, manusia senantiasa selalu dipermudah oleh Allah Swt.

Maka, sudah barang tentu alasan perkara ketidakmampuan untuk melakukan amalan ini hanya karena malas serta godaan nafsu adalah tidak dapat dibenarkan. Kepayahan pribadi manusia karena godaan nafsu adalah serendah-rendahnya iman. Agar iman kita senantiasa kokoh, maka diperlukannya strategi yang mumpuni dalam melakukan amalan ini.

Ibarat dalam medan perang, strategi yang hebat kudu dibarengi dengan tekad yang kuat. Seperti halnya menyambut malam kemuliaan, ancang-ancang strategi harus dipersiapkan sejak dini. Mengesampingkan segala perkara duniawi serta meprioritaskan amalan ini sebagai perwujudan hamba sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.

Barangkali, kita sebagai manusia tidaklah sesempurna seperti halnya Baginda Nabi Saw. Namun, sedikit upaya yang kita kerahkan tetap akan dihitung sebagai pahala akan rida ilahi. Sehingga, lepas Ramadan pergi, kita tampil sebagai manusia yang menggapai fitri hati yang suci.


 

*Penulis adalah Anggota Bidang Kader PC IMM Kota Surabaya, Ketua Korps Instruktur, dan Anggota Korps Immawati.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *