Hasil Riset: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehadiran Salat Berjamaah di Masjid

Kegiatan membaca Al-Qur’an di Masjid Nurul Huda, Bibis Karah, Surabaya (2/7/2024) (Immsby.or.id/Fadhlur Rohman)

 

Surabaya (6/8) – Kita sering menemui perbedaan tingkat kehadiran salat berjamaah antara satu masjid dengan yang lainnya. Ada masjid yang ramai dengan kehadiran jamaah. Sebaliknya, ada pula yang sepi. Melihat hal ini, Cendekiawan Institute melakukan riset bertajuk faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran salat berjamaah di masjid.

Riset ini dilakukan di Masjid Nurul Huda, Bibis Karah, Surabaya pada 23 Juli – 8 Agustus 2024. Jumlah responden adalah 41 orang yang adalah masyarakat sekitar. Riset ini menemukan bahwa ada lima faktor yang secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap kehadiran salat berjamaah di masjid.

Kelima faktor itu adalah lokasi yang strategis, peran orang tua, fasilitas masjid, keberagaman kegiatan masjid, dan tingkat pengetahuan salat. Semua faktor tersebut berpengaruh terhadap kehadiran salat berjamaah di masjid sebesar 40,6%.

 

Pentingnya Riset untuk Memakmurkan Masjid

Pengelolaan masjid adalah aspek yang sangat krusial dalam menjaga keberlangsungan kehidupan beragama di tengah masyarakat. Salah satu isu yang seringkali menjadi keresahan bagi para takmir masjid adalah rendahnya tingkat kehadiran jamaah pada salat lima waktu.

Menjawab tantangan ini, Cendekiawan Institute berupaya melakukan penelitian dalam rangka memberikan landasan untuk solusi yang efektif dalam meningkatkan kehadiran jamaah di masjid. Oleh karena itu, riset untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhinya dirasa sangat penting.

Hal ini sekaligus cara Cendekiawan Institute untuk mengimplementasikan ideologi IMM yang telah dipelajari. Pada Sistem Perkaderan IMM (SPI), dijelaskan bahwa output kader dasar pada aspek humanitas adalah menjadikan masjid sebagai basis interaksi sosial. Artinya, kader IMM harus berkontribusi dalam memakmurkan masjid.

Memakmurkan masjid dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah riset untuk mengungkap pengetahuan dengan tingkat kebenaran yang diuji secara ilmiah. Pengetahuan-pengetahuan yang dihasilkan dari riset ini nantinya dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bagi takmir masjid untuk membuat kegiatan-kegiatan yang lebih efektif.

 

Landasan Konseptual Riset

Kehadiran salat berjamaah adalah tingkat partisipasi seseorang dalam melaksanakan salat secara kolektif di masjid atau tempat ibadah lainnya (Syamsidar et al., 2021). Penelitian ini akan meminjam konseptual dalam penelitian Sudiarta et al. (2022) tentang kehadiran. Adapun indikatornya adalah niat berjamaah dan priotitas ibadah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya adalah lokasi yang strategis (Chandra & Lana, 2020), peran orang tua (Zulkaedah, 2021), fasilitas masjid, keberagaman kegiatan masjid (Karim & Salleh, 2016), dan tingkat pengetahuan salat (Asma, 2021).

Lokasi yang strategis adalah alasan seseorang untuk dapat datang salat berjamaah di masjid (Chandra & Lana, 2020). Penelitian ini akan meminjam konseptual dalam penelitian Mukhlis (2019) tentang lokasi yang strategis dengan indikator berupa aksesibilitas dan visibilitas.

Lalu peran orang tua adalah tanggung jawab dan upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik, membimbing, dan mengawasi anak-anak mereka (Zulkaedah, 2021). Penelitian ini akan meminjam konseptual dalam penelitian Wahyudi et al. (2024) tentang peran orang tua dengan indikator berupa memberi pemahaman, mengingatkan, mengajak, dan memberi teguran.

Selanjutnya fasilitas masjid mencakup properti dan layanan fisik untuk mendukung kelancaran operasional masjid (Karim & Salleh, 2016). Penelitian ini akan meminjam konseptual dalam penelitian Mongkaren (2013) tentang fasilitas dengan indikator berupa kebersihan dan kenyamanan serta tempat parkir.

Sedangkan keberagaman kegiatan masjid merujuk pada beragam metode, strategi, dan aktivitas yang dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan agama atau nilai-nilai spiritual kepada masyarakat (Karim & Salleh, 2016). Penelitian ini akan meminjam konseptual dalam Ayub (1996) tentang macam-macam kegiatan masjid dengan indikator berupa kegiatan ibadah, kegiatan keagamaan, kegiatan pendidikan, dan kegiatan pelayanan.

Terakhir, tingkat pengetahuan salat adalah sejauh mana seseorang memahami dan mengetahui aspek-aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan salat dalam (Asma, 2021). Penelitian ini akan meminjam konseptual dalam penelitian Ruwaida (2019) tentang tingkat pengetahuan dengan indikator berupa tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

 

Temuan Hasil Riset

Riset ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk membuktikan hipotesis bahwa lokasi yang strategis, peran orang tua, fasilitas masjid, keberagaman kegiatan masjid, dan tingkat pengetahuan salat berpengaruh terhadap kehadiran salat berjamaah, baik secara parsial maupun simultan.

Data yang diperoleh juga telah lolos uji instrumen penelitian, berupa validitas dan reliabilitas. Lalu, juga telah lolos uji asumsi klasik, meliputi normalitas, heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas. Sehingga hasil analisis dapat dianggap akurat dan dapat dipercaya untuk mendukung hipotesis yang diajukan.

Hasil riset ini menemukan bahwa secara simultan, lokasi yang strategis, peran orang tua, fasilitas masjid, keberagaman kegiatan masjid, dan tingkat pengetahuan salat berpengaruh terhadap kehadiran salat berjamaah.

Analisis data juga menunjukkan bahwa kelima variabel tadi berpengaruh sebesar 40,6 % variasi terhadap kehadiran salat berjamaah. Sedangkan sisanya, 59,4 % dipengaruhi faktor lain yang tidak dibahas di dalam penelitian ini.

Meski demikian, dalam uji parsial, hanya variabel peran orang tua yang memiliki pengaruh positif dan signifikan. Sedangkan secara parsial, keempat variabel lainnya tidak berpengaruh. Variabel peran orang tua memiliki nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada pengaruh variabel peran orang tua terhadap kehadiran salat berjamaah.

Artinya, meskipun strategi-strategi yang terkait dengan lokasi, fasilitas, kegiatan, dan pengetahuan tetap penting untuk diperhatikan, namun peran orang tua memiliki dampak yang lebih besar dalam meningkatkan kehadiran untuk salah berjamaah.

Oleh karena itu, fokus pada peningkatan keterlibatan orang tua dalam kehidupan beragama dapat menjadi kunci dalam meningkatkan kehadiran salat berjamaah. Dengan hasil riset ini, diharapkan para takmir masjid dapat mengembangkan program-program yang lebih efektif dan tepat sasaran, terutama yang melibatkan peran aktif orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka untuk rutin menghadiri salat berjamaah.

 

Keterlibatan IMM dalam Memakmurkan Masjid

Anggota Cendekiawan Institute, Rafif Burhanuddin Muhammad, menjelaskan bahwa jika mengacu kepada SPI, gerakan-gerakan IMM harus memiliki kedekatan yang erat dengan masjid.

“Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan komunitas yang dapat memperkuat hubungan sosial dan spiritual di kalangan umat Islam,” jelasnya.

Rafif mengungkapkan bahwa riset ini juga didasari oleh sedikitnya program kerja (proker) IMM yang menggunakan masjid sebagai basis gerakannya. Ia menilai bahwa banyak proker IMM yang lebih fokus pada kegiatan di luar masjid, sehingga potensi masjid sebagai pusat peradaban belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Dengan adanya riset ini, kami berharap dapat mengembalikan peran masjid dalam berbagai aktivitas IMM, sehingga masjid tidak hanya menjadi tempat untuk salat bagi kader, tetapi juga untuk berbagai kegiatan keagamaan, sosial, maupun pendidikan,” tambahnya.

Rafif juga menekankan pentingnya dakwah melalui riset. Menurutnya, dakwah yang efektif tidak hanya dilakukan melalui ceramah maupun pengajian, tetapi juga harus didukung oleh data dan analisis yang akurat. Dengan riset yang baik, IMM dan takmir masjid dapat menyusun program-program yang lebih tepat sasaran, berdasarkan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan.

“Kami berharap agar ke depannya, ada kolaborasi antar elemen di dalam IMM untuk berkontribusi mengatasi problem di masyarakat dengan berbasis riset. Sebab riset dapat menghasilkan data acuan yang lebih terpercaya untuk membangun gerakan nyata,” pungkasnya.


 

*Penulis adalah Ketua Bidang TKK PC IMM Kota Surabaya.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *