Ikigai: Meningkatkan Kualitas Hidup ala Masyarakat Jepang

Ilustrasi diedit menggunakan Canva. (Immsby.or.id/Muhammad Habib Muzaki)

 

Konsep Ikigai yang berasal dari Jepang ini terkenal karena dilatarbelakangi budaya masyarakat Jepang yang selalu bekerja keras. Kebiasaan ini salah satunya berupa bekerja dengan waktu yang cukup–bahkan sangat–lama di kantor, serta diikat oleh aturan yang begitu ketat.

Faktanya, sebanyak seperempat dari total pekerja Jepang bekerja lembur lebih dari 80 jam setiap bulan, dan telah menelan korban sebesar 2.000 nyawa per tahunnya yang dikenal dengan fenomena karoshi (mati karena kebanyakan kerja).

Hal itu mendorong orang Jepang untuk membiasakan diri dengan konsep hidup unik, yakni Ikigai. Hasilnya, terbukti bahwa Jepang mendapatkan predikat negara kedua dengan angka harapan hidup yang tinggi setelah Monako (Sari, 2020).

Dengan adanya Ikigai, mereka merasa lebih bersyukur dengan hal-hal kecil sebagai sumber kebahagiaan. Tidak lagi memaksakan bahwa hal yang besar merupakan satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup.

Fakta unik di balik kata “Ikigai” yang tidak memiliki terjemahan langsung dari bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, sebenarnya dapat diistilahkan sebagai konsep yang memasukkan ide-ide kebahagiaan dalam kehidupan seseorang (Mitsuhashi, 2017).

Melalui Ikigai ini, masyarakat Jepang memulai setiap harinya dengan hal-hal sederhana saat bangun tidur: seperti menikmati matahari terbit, duduk di teras, menyiram tanaman, meminum susu, dan memanggang roti untuk santapan di pagi hari.

Dengan aktivitas sederhana tersebut, ternyata mampu membuat masyarakat Jepang lebih mengenal tentang dirinya mengenai alasannya untuk bangun di setiap pagi, hal yang harus diperjuangkan, dan harapan yang mereka miliki. Mereka merasa hidup tidak akan bermakna jika hidup tanpa Ikigai (Sari, 2020).

Lalu, bagaimana agar kita dapat menemukan Ikigai agar hidup kita menjadi lebih bermakna? Ada empat aspek untuk menemukan Ikigai. Keempat aspek ini nantinya akan membantu seseorang agar mampu lebih mengenali diri sendiri dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Empat aspek tersebut di antaranya, passion, mission, profession, dan vocation.

Pertama, aspek passion adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hal yang disenangi. Sesuatu yang membuat diri lebih bersemangat dan energik pasti akan terasa mudah dan enjoy ketika menjalaninya.

Contohnya, saat seseorang memiliki minat dengan dunia fashion terutama baju, sedangkan bakatnya sendiri adalah menjahit. Maka, alangkah baiknya apabila minat dan bakat tersebut dapat dikolaborasikan, sehingga orang itu dapat membuat baju dengan tangannya sendiri.

Kedua, aspek mission atau apa yang dibutuhkan oleh dunia. Maksudnya, sesuatu atau hal yang sedang dibutuhkan oleh dunia dan orang-orang di suatu lingkungan tertentu. Dalam hal ini, mungkin mission tidak selalu sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh seseorang.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa hal yang demikian justru dibutuhkan bagi orang lain. Oleh sebab itu, seseorang ada kalanya perlu untuk terus mencoba menjadi berbeda dari yang lainnya.

Ketiga, aspek yang berkaitan dengan keahlian yang dimiliki oleh seseorang atau bisa disebut passion. Keahlian ini bisa didapatkan, baik dari lembaga pendidikan formal, seperti psikolog, dokter, arsitek maupun kegiatan nono formal seperti penjahit, fotografer, dan sebagainya. Aspek ini begitu penting juga untuk diketahui guna setiap orang dapat menjadi expert di bidangnya masing-masing.

Keempat, aspek yang terakhir adalah vocation, yaitu suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan dan dapat menghasilkan pendapatan keuangan. Setelah seseorang telah mengetahui minat bakat dan mampu memaksimalkan keduanya, orang tersebut juga jangan sampai tidak memikirkan sesuatu yang sekiranya bisa menjadi sumber pendapatannya.

Hal tersebut sangat penting pula, sebab sumber pendapatan inilah yang kemudian membuat seseorang mampu untuk bertahan hidup dan memenuhi segala kebutuhannya sehari-hari.

Dengan demikian, lewat tulisan ini, penulis berharap agar para pembaca dapat termotivasi untuk terus beradaptasi dan meningkatkan kualitas hidupnya. Kehidupan pastinya akan terasa lebih terarah dan bermakna dengan adanya target maupun tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Berhubung Ikigai juga berkaitan dengan kesehatan mental dan emosional, sehingga melalui konsep ini seseorang pun akan selalu merasa bahagia –bahkan membuatnya berumur panjang– insyaallah.


 

*Penulis adalah Ketua Bidang Organisasi IMM Komisariat Allende Periode 2022-2023.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *