Fenomena cek khodam akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat khususnya warganet. Pada mulanya, tren ini muncul di jejaring aplikasi TikTok, sampai akhirnya menyebar ke berbagai platform media sosial lainnya. Secara tindakan, cek khodam tersebut dilakukan dengan cara menyebutkan nama, kemudian host atau pemilik akun tersebut akan menyebutkan khodam apa yang dimiliknya.
Sedangkan hal umum yang biasa kita ketahui, “cek khodam” merupakan suatu tindakan praktik tradisional dan supranatural di Indonesia. Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri, masih simpang siur terkait pemahaman khodam ini. Ada yang mengatakan bahwa khodam adalah arwah nenek moyang, ada yang mengatakan khodam adalah bangsa jin yang terikat “kontrak” dan pemahaman-pemahaman yang lain.
Perspektif Islam
Dalam literatur Islam, maksud dari khodam adalah Qorin. Ia sendiri adalah malaikat, jin, atau setan yang menyertai manusia. Nabi Muhammad saw. bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وَكَلَ بِهِ قَرِيتُهُ مِنَ الْجِنَ قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِيَّايَ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِحَقِ
Artinya: “Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin.” Mereka bertanya: Anda juga, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam, ia hanya memerintahkan kebaikan padaku.” (H.R. Muslim)
Salah satu kelebihan jin adalah mendapat kemampuan dari Allah Swt. untuk mengubah bentuknya sesuai keinginan. Jin juga dapat melihat alam manusia bahkan menggangu dan ikut campur urusan manusia kecuali orang-orang yang mendapat pertolongan Allah Swt. Sementara manusia tidak dapat melihat alam jin apalagi menganggu dan ikut campur urusan mereka kecuali atas kehendak Allah. Pada Q.S. Al-A’raf ayat 27 dijelaskan:
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
Artinya: “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”.
Sebagaimana manusia, jin juga makan, minum dan beranak pinak. Jin dan manusia sama-sama mendapat tuntutan beribadah kepada Allah supaya kelak terhindar dari siksa neraka. Sehingga jin ada yang baik (taat kepada Allah) juga ada yang buruk (durhaka kepada Allah).
Meskipun demikian, percaya dengan omongan jin, apalagi meminta bantuannya, merupakan tindakan yang tidak dibenarkan oleh syari’at. Sehingga apapun yang terlintas dalam benak kita hendaknya kita timbang dengan nalar yang sehat dan kita kembalikan pada ajaran syari’at yang benar.
Perspektif Psikologi
Sedangkan dalam literatur psikologi, fenomena cek khodam ini bisa dianalisis melalui berbagai teori dan konsep psikologis, dari kepercayaan sosial hingga mekanisme otak. Kepercayaan dan Persepsi Kepercayaan terhadap khodam sering kali dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.
Menurut teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura (2002), individu belajar dan mengadopsi perilaku serta keyakinan dari orang lain dalam lingkungan mereka. Dalam banyak masyarakat Indonesia, cerita tentang khodam diwariskan secara turun-temurun, memperkuat keyakinan bahwa makhluk ini ada dan dapat berinteraksi dengan manusia.
Persepsi memainkan peran penting dalam keyakinan terhadap khodam. Persepsi adalah proses di mana otak menginterpretasikan informasi sensorik dari lingkungan.
Kalau kita lihat dari sudut pandang lain, menurut Baron (2009) pada aspek neuropsikologis maka akan melihat bagaimana aktivitas otak mempengaruhi pengalaman supranatural. Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman mistis sering melibatkan aktivitas di lobus temporal otak, yang berkaitan dengan persepsi sensorik dan emosi.
Aktivitas abnormal di area ini bisa menyebabkan halusinasi atau sensasi yang tidak biasa, yang kemudian ditafsirkan sebagai kehadiran khodam. Studi neuropsikologi juga menemukan bahwa praktik spiritual dan meditasi dapat mengubah aktivitas otak, memperkuat pengalaman subjektif dari kehadiran entitas supranatural.
Oleh karena itu, fenomena cek khodam adalah topik yang kaya dan kompleks yang melibatkan berbagai aspek psikologis, sosial, maupun neuropsikologis. Kepercayaan dan pengalaman terkait khodam dapat dijelaskan melalui mekanisme persepsi, efek placebo, disosiasi, dan aktivitas otak.
Ketika kita bisa memperhatikan dari beragam sudut pandang, maka memberikan wawasan tentang bagaimana dan mengapa individu mengalami hal tersebut.
*Penulis adalah Ketua Bidang Organisasi IMM Komisariat Allende Periode 2022-2023.