Sepanjang sejarah Islam di bumi Nusantara, istilah “Syariat Silam” adalah salah satu ide yang menarik untuk dikaji. Istilah ini mengacu pada kebiasaan agama dan adat istiadat orang Muslim di Kepulauan Nusantara sebelum masuknya konsep Islam kontemporer. Terdapat perdebatan terus-menerus tentang penafsiran dan penerapan agama Islam di nusantara. Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki pandangan unik tentang hal ini.
Pandangan ini berasal dari keyakinan Muhammadiyah bahwa ajaran Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah sempurna dan lengkap. Akibatnya, tidak ada upaya yang dilakukan untuk menambah atau mengurangi syariat Islam yang telah diturunkan. Muhammadiyah, di sisi lain menekankan pada pentingnya kembali kepada sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan Hadits, dan mempraktikkannya dengan cara yang benar dan murni.
Muhammadiyah berpendapat bahwa beberapa amalan Syariat Silam bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang paling penting, seperti tauhid (keesaan Tuhan), larangan syirik (menyekutukan Tuhan dengan sesuatu yang lain), dan penghapusan bid’ah. Organisasi ini mendorong orang-orang Muslim untuk kembali ke sumber utama ajaran Islam yang murni dan menghindari tindakan yang dianggap menyimpang dari ajaran tersebut.
Ditemukan banyak praktik keagamaan yang berkembang di masyarakat muslim Indonesia disebabkan oleh akulturasi dengan budaya lokal atau pengaruh ajaran lain yang bertentangan dengan syariat Islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, Muhammadiyah berusaha untuk membersihkan kembali ajaran Islam dari elemen-elemen yang dianggap sebagai khurafat, tahayul, dan bid’ah.
Salah satu contoh penerapan syariat silam menurut Muhammadiyah yakni menentang ziarah kubur yang dianggap sebagai bentuk penyembahan terhadap selain Allah SWT. Muhammadiyah juga menentang praktik-praktik seperti tahlilan, selametan, dan ritual lainnya yang dianggap tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam yang murni.
Muhammadiyah menunjukkan bahwa syariat islam dapat menjadi sumber inspirasi dan solusi bagi berbagai masalah umat manusia di masa kini. Syariat Islam versi Muhammadiyah menawarkan pendekatan yang moderat, kontekstual, dan berkemajuan untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam di era modern. Muhammadiyah memandang syariat silam sebagai bagian penting dari ajaran Islam dan harus diterapkan dengan mempertimbangkan konteks, nilai-nilai kemanusiaan, dan keadilan.
Muhammadiyah tidak menolak semua tradisi dan budaya lokal. Organisasi ini bersedia menerima elemen budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam selama tidak mengganggu ibadah. Beberapa kebiasaan dianggap sesuai dengan nilai-nilai Islam, seperti gotong royong, saling menghormati, dan menjaga kerukunan. Muhammadiyah menghargai nilai-nilai baik ini dan mendorongnya untuk dijaga selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Muhammadiyah aktif melakukan dakwah dan pendidikan kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki dan memurnikan praktik keagamaan. Muhammadiyah mendirikan sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya untuk menyebarkan pemahaman Islam yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Selain itu, Muhammadiyah pun aktif mengadakan pengajian, ceramah, dan diskusi tentang masalah agama, termasuk Syariat Silam.
Namun, cara Muhammadiyah menangani Syariat Silam tidak bersifat konfrontatif atau memaksakan. Organisasi ini lebih menekankan pada pendekatan persuasif, yang berarti memberi masyarakat pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam yang sebenarnya. Selama tidak bertentangan dengan ajaran islam, Muhammadiyah menghargai kearifan lokal dan budaya masyarakat.
Muhammadiyah terus berusaha untuk menampilkan wajah Islam yang ramah, moderat, dan sesuai dengan perkembangan zaman di dunia saat ini. Organisasi ini mendorong orang Muslim untuk tetap kritis dan terbuka terhadap kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sambil mempertahankan nilai-nilai ajaran Islam yang murni dan universal.
Pendekatan Syariat Silam Muhammadiyah memengaruhi pembicaraan Islam di Indonesia secara keseluruhan dan lebih luas serta menjadi pedoman bagi anggotanya. Muhammadiyah terus berjuang untuk mempraktikkan Islam secara murni dan asli sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Hadits, meskipun terdapat pro dan kontra dalam perjalanannya.
*Penulis adalah Anggota Bidang HPKP IMM Komisariat Heksos.