Fenomena rebahan sedang menjamur di kalangan Mahasiswa. Rebahan digambarkan sebagai salah satu sifat malas yang cukup sering muncul pada manusia dan dialami oleh banyak Mahasiswa sehingga dapat berpengaruh pada prestasi. Hal itu wajar terjadi karena setiap individu memang memiliki hasrat untuk mencari kesenangan atau hiburan (Schultz & Schultz, 2008).
Hasrat tersebut membuat seseorang terkadang malas untuk belajar karena bagi mereka belajar bukan kegiatan yang menyenangkan atau menghibur. Ditambah lagi, faktor eksternal dan banyaknya opsi yang bisa dipilih untuk bersenang-senang, mampu mendistraksi seseorang dalam belajar. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi seseorang dalam belajar dan berakibat pula pada motivasi belajar seseorang.
Motivasi belajar merupakan unsur inti bagi seseorang dalam belajar (Andriani & Rasto, 2019). Kemalasan dalam belajar pun dapat dipengaruhi oleh kurangnya motivasi untuk meraih prestasi (Metiasé, 2016; Krisnasari & Purnomo, 2017). Selain itu, kepedulian dan inisiatif yang kurang dalam belajar berkelompok pun menjadi salah satu faktor (Krisnasari & Purnomo, 2017).
Motivasi intrinsik pada mahasiswa yang sering bermalas-malasan belum muncul karena bisa jadi Mahasiswa tersebut belum merasakan makna dan manfaat dari pembelajaran yang sedang ia jalani (Maulidia, 2021). Oleh karena itu, mereka kurang serius dalam menjalani jenjang pendidikan sehingga banyak menghabiskan waktu untuk rebahan dan mencari kesenangan dengan mencari aktivitas lain.
Dari aktivitas lain tersebut, para pelajar akhirnya merasa lelah dan kehabisan energi untuk belajar. Energi psikis dan fisik sangat penting bagi pelajar dalam menjalani belajar (Maulida, 2021). Terlebih lagi, seorang yang notabene masih dalam fase remaja pastinya memiliki keinginan untuk mengeksplorasi banyak hal. Pada akhirnya, energi yang seharusnya bisa digunakan untuk belajar, habis terpakai untuk melakukan aktivitas lain sehingga muncul keinginan rebahan untuk beristirahat.
Konsep diri dapat memengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan akademik (Tuasikal & Patria, 2019), terutama pada Mahasiswa yang pada umumnya sedang dalam tahap pencarian jati diri. Konsep diri merupakan evaluasi diri terkait bidang tertentu (Santrock, 2018), salah satunya akademik. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan merasa takut untuk gagal sehingga mereka akan takut pula untuk mencoba.
Kepercayaan diri seseorang yang memiliki konsep diri negatif cenderung rendah karena mereka memandang diri mereka sebagai seseorang yang memiliki banyak kelemahan dan kurang pandai. Oleh karena itu, dapat dikatakan pelajar yang memiliki konsep diri negatif cenderung bermalas-malasan dalam belajar lalu muncul hasrat ingin rebahan.
Peran pengajar atau dosen sangat penting untuk membangkitkan motivasi intrinsik para pelajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan. membuat pelajaran tersebut bermakna bagi para pelajar (Andriani & Rasto, 2019, Slavin, 2018). Pengajar atau dosen harus dapat mengambil hati dan mencuri atensi para pelajar supaya mereka dapat keluar dari zona rebahan mereka.
Metode pembelajaran pun harus dibuat dengan variatif, misalnya dengan menyisipkan humor. Humor terbukti efektif dalam menarik atensi pelajar dalam kegiatan pembelajaran (Slavin, 2018). Dengan itu, diharapkan para pelajar yang sering bermalas-malasan akan tertarik atensinya dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan antusias.
Masa pandemi yang mengubah sistem pembelajaran pun cukup berdampak pada Mahasiswa. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 berpengaruh pada kondisi psikologis mahasiswa yang salah satunya disebabkan oleh metode pembelajaran dan tenggat waktu pengumpulan tugas yang cukup sempit (Faroh dkk., 2021). Pembelajaran daring yang cenderung membosankan membuat ketertarikan Mahasiswa terhadap pembelajaran menurun sehingga rasa malas dan ingin rebahan pun muncul.
Padahal, kemenarikan dari pembelajaran sangat penting untuk menarik atensi Mahasiswa (Slavin, 2018). Pembelajaran daring juga membatasi interaksi sosial yang erat hubungannya dengan dukungan sosial. Dukungan sosial memberi ruang bagi seseorang untuk melakukan diskusi dan saling membantu untuk menyelesaikan masalah akademiknya (Tuasikal & Patria, 2019). Dengan itu, perilaku rebahan yang dapat menunda selesainya tugas pun dapat diminimalisasi.
Fenomena rebahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal yang saling berkaitan. Faktor internal meliputi, motivasi dan konsep diri, yang berkaitan pula dengan self-esteem dan self-confident. Di sisi lain, faktor eksternal meliputi dukungan sosial dari orang sekitar, terutama pengajar dan orang tua. Selain itu, pandemi Covid-19 lalu pun berpengaruh pada perilaku rebahan ini karena metode pembelajaran yang berubah.
Setiap orang akan menyikapi faktor eksternal tersebut dengan caranya sendiri tergantung kepada konsep diri yang dimiliki. Namun, konsep diri dan motivasi pun dapat dipengaruhi oleh peran orang tua faktor internal dan eksternal sangat dipisahkan pada fenomena rebahan.
*Penulis adalah Ketua Bidang Organisasi IMM Komisariat Allende Periode 2022-2023.