Perbincangan mitos saat ini sering kita temui. Dengan penjelasan yang kompleks dan sangat bervariasi hingga menjadi sebuah penelitian dari beberapa peneliti, terutama di Indonesia sendiri. Mengaitkan mitos dengan kejadian alam yang terkadang hal tersebut diyakini dan mempengaruhi pemikiran bawah sadar manusia.
Telah banyak kelompok masyarakat yang masih mempercayai mitos hingga berdampak pada kehidupan mereka. Namun, saat ini masih belum ada kajian khusus yang meneliti mitos tersebut, salah satunya mengenai flora dan fauna yang sebenarnya menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Alam semesta dalam pandangan filosofis ini saling berhubungan satu sama lain. Manusia dan lingkungan utamanya, dalam perjalanan sejarah ini selalu mempengaruhi satu sama lain dan saling bergantung untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.
Ancaman Kepunahan Burung di Indonesia
Ekologi merupakan suatu sistem yang terdiri dari interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Manusia bukan merupakan satu-satunya komponen yang menempati semesta ini, ada hewan yang juga merupakan komponen biotik yang sering berinteraksi dengan manusia.
Salah satu hewan yang sering berhubungan dan banyak disukai oleh manusia adalah burung. Dilansir dari Forestation FKT UGM (2022), sebelumnya, Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis burung cukup tinggi mencapai 1.666 pada tahun 2014 dan terus mengalami peningkatan.
Menurut laporan Burung Indonesia tahun 2022, terdapat 1.818 spesies burung yang telah teridentifikasi di Indonesia. Hal ini menunjukkan kekayaan keanekaragaman hayati avifauna di negara ini.
Namun, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa sebanyak 17% dari spesies burung ini sekarang berada dalam kondisi terancam punah. Alhasil, saat ini pula spesies burung di Indonesia turut terancam akan adanya kepunahan.
Ragam Mitos tentang Burung
Salah satu pengetahuan yang ada di masyarakat adalah berupa sistem tanda biasa berisi simbol-simbol maupun tanda dari alam sekitar. Hal ini kemudian memiliki keterkaitan terhadap budaya yang ada di masyarakat sendiri dalam mengkomunikasikan pandangan orientasi, nilai dan berbagai kejadian di antara mereka.
Dapat dikatakan bahwa apa yang menjadi pengetahuan masyarakat ini saling berkaitan erat dengan spiritual, bahasa dan lingkungan. Kelompok masyarakat atau komunitas, beberapa menjadikan hewan sebagai tanda untuk melihat perubahan alam sekitarnya.
Manusia selalu berusaha memahami alam melalui perilaku atau tanda dari hewan-hewan di sekitar mereka. Hal ini kemudian dikaitkan dengan pikiran, perasaan dan kehidupan manusia hingga akhirnya berakhir pada atau dikenal dengan sebuah mitos.
Adapun beberapa mitos yang beredar di masyarakat salah satunya dengan menggunakan simbol burung. Di antara mitos-mitos tersebut kerap juga diidentikkan dengan hal-hal terkait kehidupan manusia.
Misalnya, burung Gagak yang dianggap sebagai penanda berita buruk atau bencana alam; burung Manukkedasih dianggap sebagai penanda berita buruk (rumah yang dihinggapi burung tersebut kemungkinan akan menderita penyakit); dan burung Dares yang biasanya dianggap sebagai tanda kematian.
Selain itu, ada juga burung Beluk yang dianggap sebagai berita akan kehadiran makhluk halus; burung Tuwu dianggap sebagai pembawa berita buruk; burung Prenjak sebagai pembawa pesan untuk penyelesaian masalah; burung Manguni dipercaya berperan penting dalam kehidupan dan penghidupan, serta masih banyak lagi mitos-mitos burung yang beredar di masyarakat.
Dampak Mitos Burung bagi Lingkungan
Mitos-mitos yang beredar dalam kehidupan masyarakat memiliki dampak bagi lingkungan di antaranya adalah: Pertama, meningkatkan ketakwaan kita sebagai seorang manusia kepada Allah sebagai Sang Pencipta.
Beberapa di antara mitos tersebut yang beredar di antaranya merupakan hal yang dimaknai sebagai hal baik maupun buruk. Sehingga, kita sebagai umat Islam yang bertakwa akan senantiasa mengingat dan selalu berdoa untuk kebaikan hidup.
Dengan pengertian mitos sebagai berita kematian, maka kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta untuk beribadah akan mengingat bahwa hidup di dunia hanya sementara. Dengan kata lain, kita akan kembali lagi kepada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan apa saja yang telah kita perbuat selama di dunia.
Kedua, mampu mengganggu psikis. Mitos tentang hal-hal buruk memungkinkan akan membuat seseorang menjadi was-was dan takut dengan pertanda tersebut karena tidak semua orang mampu menyikapi mitos tersebut dengan baik.
Ketiga, kepunahan spesies burung. Sikap untuk mengambil manfaat yang didapat dari pandangan mistis ini memungkinkan bagi seseorang untuk berusaha memiliki spesies tersebut untuk dipelihara atau digunakan untuk kegiatan adat tertentu, sehingga berdampak bagi keberlangsungan kehidupan burung.
*Penulis adalah Ketua Bidang Organisasi IMM Komisariat Blue Savant, Anggota Divisi Kepenulisan Kreatif Cendekiawan Institute, dan Anggota OIKOS.