Menjawab Pertayaan Netizen: “Kenapa dibuang? Kenapa gak dibagikan saja?”

Ilustrasi diedit menggunakan Canva. (Immsby.or.id/Rafif Burhanuddin M.)

 

Seringkali kita temui pertanyaan-pertanyaan seperti itu, ketika terjadi ketika para pelaku bisnis atau produsen yang membuang-buang produknya.

Sebut saja para petani jeruk yang beberapa bulan silam membuang hasil panennya, atau para peternak sapi perah yang membuang susu sapi hasil peternakan mereka.

Kemudian muncul pertanyaan dari para Netizen kita yang Budiman: “Kenapa dibuang? Kenapa gak dibagikan saja, kan lebih bermanfaat?”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali kita temui dan pada akhirnya kita penasaran, apakah usulan dari netizen ini benar-benar nice move atau malah usulan yang ngawur?.

sumber: X (beberapa sampel pertanyaan yang sering kita temui).

 

Oke, sebelum penulis menjawab pertanyaan tersebut, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu alasan mengapa para petani dan peternak tadi membuang hasil produksi mereka.

Untuk menjawab masalah ini kita perlu memahami terlebih dahulu prinsip dasar ekonomi yaitu Supply and demand.

 

Apa itu supply and Demand?

Oke, penulis di sini mencoba menjelaskan dengan Bahasa yang sesederhana mungkin, semoga difahamkan.

Jika kita mengacu pada akar Bahasa, supply berarti persediaan dan demand adalah permintaan. Nah, prinsip dasar ekonomi ini memberikan penjelasan bahwa; semakin banyak supply (persediaan) yang tidak diimbangi dengan demand (permintaan) yang seimbang maka barang akan semakin murah, singkatnya harga akan anjlok.

Misal, coba temen-temen bayangkan jika di Negara A memiliki persediaan Iphone16 sebanyak 1 juta buah, sedangkan warga Negara A hanya 200 ribu jiwa.

Dengan supply (persediaan) sebanyak itu dan tuntutan fast trend yang cukup ketat, dimana setiap 3 bulan sekali muncul produk-produk smartphone baru yang semakin mutakhir. Apa yang terjadi?

Ya! Menurunkan harga. Demi bisa menjual 1 juta buah Iphone tersebut, pihak Iphone mau tidak mau terpaksa menurunkan harga, karena apa?, karena hanya terdapat demand yang sedikit.

Bayangkan saja jika semua 200 ribu warga tersebut membeli Iphone 16 maka masih tersisa 800 ribu unit Iphone 16. Terus bagaimana nilai dari Iphone 16 yang tersisa tadi? Ya, turun. Karena semua orang sudah memiliki barang, dan tidak ada permintaan lagi.

Solusinya hanya dua; musnahkan barang atau jual di harga murah.

Begitupun juga sebaliknya, semakin banyak demand (permintaan) tapi supplynya sedikit akan mengakibatkan kelangkaan barang, dan pada akhirnya harga dari barang tersebut akan melejit naik, to the moon.

Nah, dari sini sudah nampak jelas kan, alasan mengapa para petani dan peternak tadi membuang hasil produk mereka.

Ya, terjadi oversupply (kebanyakan persediaan) yang tersedia di pasar, sedangkan permintaannya hanya sedikit.

Oke, kembali ke pertanyaan awal tadi, “Mengapa dibuang? Kenapa tidak dibagikan saja?’’

 

Membagi-bagikan adalah Solusi Terburuk

Dari penjelasan supply and demand tadi teman-teman mungkin sudah dapat menjawabnya sendiri.

Jelasnya, para petani dan peternak yang membuang-buang hasil produksi mereka adalah tidak lain dengan alasan menyeimbangkan supply and demand yang terjadi di pasar.

Dengan tidak membagikannya, dan malah membuangnya, para petani mencoba untuk mengkontrol supply-nya. Tentu supaya harga dari produk mereka bisa pulih dalam jangka waktu panen berikutnya.

Oke, mungkin temen-temen masih berfikir jika membuang barang ini terkesan tidak bermoral.

Ya, benar. Jika kita lihat dari sisi moral, solusi terbaik adalah membagi-bagikannya. Akan tetapi ada konsekuensinya.

Imbasnya supply akan terus berlimpah dan harganya akan terus-terusan rendah, hal ini juga bisa merusak tatanan ekonomi jika dibiarkan lebih lanjut. Petani, peternak juga butuh uang, pak!

Belum lagi nantinya muncul manusia-manusia aji mumpung yang berpikiran, “gak usah beli, nanti kalo gak laku pasti dibagikan gratis” Sialan! Dan sayangnya orang-orang  yang mindsetnya seperti ini benar adanya

Akhir kata, semoga tulisan ini bisa mewakili dan menjawab pertanyaan temen-temen akan hal tersebut. Dan setelah membaca tulisan ini, please jangan nyampah di kolom komentar dengan pertanyaan-pertanyaan tadi.


 

*Penulis adalah Anggota Bidang RPK IMM Komisariat Al-Faruq.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *