Manifesto Manusia Muhammadiyah: Jargon Lantang DAD IMM UNAIR X IMM ITS

Momen kebersamaan pada DAD IMM UNAIR X IMM ITS di Pantai Putri Klayar, Sidokelar, Paciran, Lamongan (10/11/2024). (Medkom Panitia DAD IMM UNAIR X IMM ITS)

 

Surabaya (29/11) – Kaderisasi merupakan agenda wajib bagi organisasi seperti IMM. Hal tersebut juga selaras dengan kebutuhan IMM sebagai organisasi kader, yang mana dalam proses kaderisasinya berikhtiar melahirkan kader yang berintegritas dan berkemajuan.

Berangkat dari kesadaran tersebut, IMM Komisariat Jenderal Soedirman bersama IMM Komisariat Al-Mutsaqqaf sukses berkolaborasi menyelenggarakan Darul Arqam Dasar (DAD). Kegiatan ini diadakan pada Jum’at-Ahad, 8-10 November 2024 di MTs Muhammadiyah 9 Paciran, Lamongan

Pelaksanaan DAD ini menjadi wujud nyata kolaborasi lintas kampus antara Universitas Airlangga (UNAIR) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), sekaligus menunjukkan sinergi kader IMM dalam memperkuat gerakan dakwah dan perkaderan.

 

Tantangan Ber-IMM di PTN

IMM yang ada di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tentu memiliki tantangan tersendiri. Dengan latar belakang kader-kadernya yang sangat heterogen, IMM di PTN memiliki tugas yang sangat kompleks, terutama dalam proses revitalisasi ideologi Muhammadiyah.

Ketua Umum Koorkom IMM UNAIR, ‘Aalimah Qurrata A’yun menjelaskan bahwa ideologi Muhammadiyah sangat diperlukan sebagai pegangan di setiap langkah dan gerakan organisasi.

“Mengingat komitmen IMM UNAIR dalam mengembangkan kiprah kader-kadernya di ranah politik kampus, tentu cara berpikir Muhammadiyah sangat diperlukan,” jelasnya.

Ia memaparkan bahwa hal tersebut dapat diaktualisasikan dalam hal sederhana sekalipun. Seperti dalam pengambilan keputusan, menyikapi suatu isu di lingkungan sekitar, hingga penonjolan identitas sebagai kader Muhammadiyah yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.

Tantangan ini tentu dapat dijawab dengan lebih baik dengan adanya kolaborasi. Berangkat dari kesamaan latar belakang sebagai sesama IMM di PTN, maka IMM UNAIR sepakat berkolaborasi dengan IMM ITS.

Hal tersebut juga didasari dengan harapan dan tujuan yang sama-sama ingin melahirkan kader IMM yang militan dan berkemajuan dengan ideologi Muhammadiyah.

 

Kolaborasi Antar Dua PTN Besar di Surabaya

A’yun menjelaskan bahwa pola kaderisasi pada DAD memang menyesuaikan kultur dari calon kader. Dan, dirasa kultur yang melekat pada calon kader IMM UNAIR dan IMM ITS memiliki banyak kesamaan, sehingga diadakannya kolaborasi pada DAD ini tentu diharapkan mampu menjawab kebutuhan bersama.

“Kolaborasi antar dua PTN besar dalam DAD kali ini diharapkan dapat mewujudkan IMM di ranah kampus yang lebih masif,” tegasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Umum IMM Komisariat Al-Mutsaqqof, Bihar Hikam Ahmadi.  Ia memaparkan bahwa kolaborasi untuk saling mendukung bagi sesama IMM yang ada di PTN sangat dibutuhkan.

Harapan Bihar setelah DAD ini, selain melahirkan kader-kader militan yang berideologi Muhammadiyah, kritis, responsif, religius, dan akademis, juga mampu mengedepankan semangat kolaboratif.

“Kami berharap, semangat DAD ini tidak berhenti di penutupan DAD saja, tetapi kolaborasi antara IMM dari berbagai kampus ini dapat terus berlanjut, bahkan semakin kuat, guna mendukung kemajuan di berbagai bidang. Di era kolaborasi ini, sinergi lintas disiplin ilmu sangat penting untuk mencapai hasil yang lebih optimal,” tuturnya.

Adapun pada DAD ini, dibersamai oleh M. Ariq Setiawan sebagai Master of Training (MOT) serta Danar Fikri sebagai Imam of Training (IOT). Keduanya adalah Instruktur dari IMM UNAIR.

Selain itu, juga ada beberapa instruktur yang baru mengikuti Pelatihan Instruktur Dasar (PID) Surabaya 2024. Salah satunya adalah Rafi Mubarok, Instruktur dari IMM ITS. Ada juga Hayu Afi Qoiyim dan Cahya Eka Melati. Keduanya adalah instruktur dari IMM Komisariat UPN “Veteran” Jawa Timur.

 

Wujud Nyata Manifesto Manusia Muhammadiyah

Tema yang diusung pada DAD IMM UNAIR X IMM ITS adalah “Revitalisasi Sudut Pandang: Bermuhammadiyah Sejak Dalam Pikiran”. Elang Raafid Widiatmiko sebagai ketua pelaksana berharap agar tema ini dapat memberikan dampak yang signifikan bagi para kader IMM.

“Harapan saya dari DAD kemarin adalah agar kita, sebagai kader IMM, dapat menjadikan Muhammadiyah sebagai patokan hidup atau filosofi, bahkan dalam setiap keputusan kecil yang kita ambil,” jelasnya.

Dengan jargon lantang yang masih berkesinambungan dengan tema besar DAD, “Manifesto Manusia Muhammadiyah”, Elang menyampaikan keyakinannya bahwa perlahan jika tema ini istikamah dijiwai dan dilakukan, maka suatu saat nanti kader-kader akan benar-benar bisa menjadi manifesto manusia Muhammadiyah.

Ia berharap agar seruan ini bukan lagi sekadar ide abstrak, sebab kader-kader sendiri lah wujud nyata sekaligus manifesto dari ideologi Muhammadiyah itu sendiri.

Goals dari DAD sendiri, paling tidak para kader memiliki ideologi yang sudah kuat. Karena jika ideologi sudah kuat di diaspora kemana saja tidak akan jauh dari nilai-nilai yang diajarkan IMM. Selain itu, value IMM yang melekat pada diri kader di masyarakat untuk selalu ditingkatkan terus menerus,” jelasnya.

Tidak terlepas dari Tri Kompetensi Dasar IMM (religiusitas, intelektualitas, humanitas) sebagai landasan konsep yang menekankan pentingnya keseimbangan antara aspek spiritual, intelektual, dan sosial dalam ber-IMM, beberapa materi dan bahan diskusi yang dimuat sangat memperhatikan ketiga aspek tersebut.

“Dalam ruang-ruang diskusi saat berlangsungnya DAD, sejumlah 32 peserta dilatih kekritisannya dalam menghadapi fenomena di lingkungan sekitar. Besar harapan DAD kali ini mampu melahirkan kader yang kritis, peka terhadap segala isu di masyarakat, menjunjung tinggi nilai religiusitas, dan mampu menyikapi segala hal dengan mengedepankan nilai-nilai akademis,” pungkasnya.


 

*Penulis adalah Anggota Bidang Immawati IMM Komisariat Jenderal Soedirman, Anggota Korps Immawati, dan Anggota Cendekiawan Institute.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *