Kenneth, Tempuh 40 Km untuk IMM

Kenneth sembari menirukan pose populer Gojo Satoru dari anime berjudul Jujutsu Kaisen. (Medkom Koorkom IMM UINSA)

 

Surabaya (23/11) – Bagi Kenneth Sulthon Alafi Al-Hallaj, perjalanan bolak-balik dari Lamongan ke Surabaya dan sebaliknya adalah hal yang sudah biasa. Kurang lebih, 40 Km adalah jarak yang harus ia tempuh.

Rutinitas itu masif dilakukannya sejak setahun terakhir. Sebab ia harus memanajemen usaha warung kopi (warkop) di Lamongan, menempuh studi magister (S2) di Surabaya, hingga menjalankan amanah di IMM.

Selain sepak terjang yang dimiliki, kemandirian serta dedikasinya mendapatkan apresiasi dari banyak pihak.

Sehingga Koorkom IMM UINSA lantas mendeklarasikan Kenneth sebagai Calon Ketua Umum PC IMM Kota Surabaya dalam kontestasi Musyawarah Cabang (Musycab) mendatang.

 

Sudah Menjadi Rutinitas

Kenneth menjabat sebagai Sekretaris Bidang Organisasi PC IMM Kota Surabaya. Amanah ini membuatnya memiliki tugas untuk mendampingi Komisariat yang ada di Surabaya.

“Saya selalu berkoordinasi dengan ketua bidang. Termasuk ketika ditugaskan untuk mendatangi Komisariat-komisariat untuk pendampingan,” jelasnya.

Pendampingan tersebut sering kali mencakup persoalan administrasi yang dihadapi oleh Komisariat. Selain itu, sejumlah masukan dari Komisariat juga sering disampaikan kepada pimpinan melalui Bidang Organisasi.

“Teman-teman di Komisariat biasanya meminta bertemu kami untuk membahas administrasi, kemudian beberapa hal yang ingin mereka sampaikan ke Pimpinan Cabang. Mereka yang meminta untuk bertemu langsung,” tambahnya.

Dalam sehari, ia bahkan pernah mendatangi enam agenda sekaligus. Agenda-agenda ini berupa mendatangi Komisariat yang ingin bertemu hingga mengisi acara-acara formal IMM.

Tidak sedikit agenda yang ia datangi dengan perjalanan dari Lamongan. Sebab di kabupaten kelahirannya ini, Kenneth mengelola dua warkop. Tepatnya di Kecamatan Glagah dan Lamongan Kota.

Kenneth memang sudah diajari untuk kemandirian sedari dini. Saat berkuliah, ia diberi bekal sebuah warkop untuk merantau di Kota Pahlawan.

“Jadi sejak menjadi mahasiswa baru, saya dibekali warkop. Diamanahi agar mengelola sendiri untuk membiayai kuliah maupun kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Meski demikian, ia mengakui bahwa tidak mudah menjadi seorang wirausaha. Warkopnya di Surabaya sempat harus tutup saat Pandemi Covid-19 lalu.

Ia pun fokus mengurusi warkop-warkopnya yang ada di Lamongan. Sembari juga mendistribusikan kopi ke berbagai daerah di Jawa Timur.

Pada fase ini, ia juga masih aktif ber-IMM. Oleh karenanya, perjalanan antar kota menjadi rutinitas yang tak terhindarkan.

Saat menempuh Magister Studi Islam di UINSA sejak Agustus 2023 lalu, ia juga kembali membuka warkop di Kecamatan Taman, Sidoarjo.

Setelah harus tutup karena berbagai hal, ia kembali membuka warkop di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo sejak pertengahan 2024 lalu.

“Jadi memang gitu, riwa-riwi untuk mengontrol usaha warkop dan mendistribusikan kopi. Tapi alhamdulillah semua ini membuat saya dapat menjawab panggilan untuk ber-IMM serta mandiri berkuliah,” jelasnya

 

Tak Sangka Selalu Didorong

Sejak awal menjadi mahasiswa baru, tidak pernah terlintas di benaknya bahwa kelak akan diamanahi tanggung jawab sebagai ketua.

Kenneth bahkan tidak pernah terpikirkan untuk ber-IMM. Awal mula ia masuk IMM adalah karena diajak oleh sesama alumni Pondok Pesantren Al-Ishlah, Paciran, Lamongan.

“Malahan, saya awalnya fokus untuk menghidupi Tapak Suci dan sempat disiapkan sebagai ketuanya. Saat itu kami berjuang untuk mendirikan UKM Tapak Suci di UINSA dan akhirnya berhasil,”lanjutnya.

Selain itu, Kenneth juga berkiprah di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Forma di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Ia juga aktif di Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Studi Agama-Agama sebagai Divisi Keilmuan selama dua periode berturut-turut.

Kenneth (kiri) saat mengisi materi pada Darul Arqam Dasar (DAD) IMM Komisariat Ushuluddin dan Filsafat di SMP Muhammadiyah 4 Kutorejo, Kabupaten Mojokerto pada 26-28 Januari 2024. (Medkom IMM KUF)

Sepak terjangnya sebagai pimpinan tertinggi dimulai sejak ia diamanahi sebagai Ketua Umum IMM Komisariat Ibnu Khaldun Periode 2020-2021. Komisariat itu kini bernama Ushuluddin dan Filsafat.

“Saat itu banyak yang lebih berkapasitas dari saya. Namun saya tidak tahu, dan saya juga tidak diberitahu. Tiba-tiba saat itu teman-teman memilih saya,” jelasnya.

Kenneth terpilih di tengah suasana Pandemi Covid-19. Ia dan pimpinan yang baru memiliki tantangan besar di tengah keharusan adaptasi dengan situasi yang sama sekali berbeda.

Meski demikian, IMM yang dinahkodainya tetap berupaya melakukan banyak kegiatan di tengah pesimisme terhadap situasi yang serba terpisah jarak.

“Kami melakukan perkaderan jemput bola dengan pendekatan kultural. Tidak menunggu kader datang di kegiatan IMM, melainkan kami membawa IMM ke kader-kader,” tuturnya.

Saat itu, Kenneth dan beberapa pimpinan lainnya riwa-riwi ke berbagai kota untuk bertemu dengan kader-kader baru. Meski hanya ada satu kader di satu kota, perjalanan dengan misi kaderisasi tetap dijalankan.

Selain itu Komisariat juga rutin mengadakan kajian sembari beradaptasi dengan kondisi yang ada. Menjadi Komisariat pertama yang rutin mengadakan agenda dengan model hybrid di IMM UINSA.

Perlahan, citra Komisariat pun dikenal sebagai yang paling aktif mengadakan kegiatan meski berada di tengah pandemi. Baik itu kultural maupun formal. Termasuk Darul Arqam Dasar (DAD) yang kedua kalinya dalam satu periode.

Semua pencapaian itu akhirnya membuat Kenneth terpilih menjadi Ketua Umum Koorkom IMM UINSA Periode 2021-2022. “Lagi-lagi saya tidak menyangka, tapi ya terima saja amanah ini dan berusaha sebaik mungkin,” paparnya.

 

Poros Pemikiran dan Gerakan

Immawan yang pernah menjadi Ketua Kontingen Musyda Jawa Timur PC IMM Kota Surabaya itu memiliki visi, “Menjadikan IMM sebagai Manhajul Fikr wal Harokah lil Muhammadiyah”.

Visi yang dibawanya terinspirasi oleh perkataan Piet Hizbullah Khaidir, Ketua Umum DPP IMM Periode 2001-2003 sekaligus ustadz di pondoknya.

“Saat mau lulus dari pondok, saya banyak bingung terkait masa depan. Pada momen itu saya banyak berdiskusi dengan Ustadz Piet sebagai guru saya,” imbuhnya.

Ustadz Piet pun memberinya nasehat bahwa santri Al-Ishlah harus menjadi manhajul fikr wal harokah lil ummah. Artinya menjadi jalan terang pemikiran dan pergerakan untuk umat.

“Kalau dikontekstualisasikan di IMM, manhajul adalah metodologi. IMM dapat menjadi poros intelektual dan gerakan dengan kekuatan metodologisnya. Lil dalam hal ini adalah isim nakiroh, artinya bermakna luas, sehingga diartikan sebagai pengikut Nabi,” jelasnya.

Sebagai poros pemikiran dan gerakan, ada lima agenda penting yang ingin dibawa Kenneth untuk IMM Surabaya. Kelimanya adalah digitalisasi gerakan, pengembangan budaya ilmiah, pemetaan potensi kader, kolaborasi gerakan, dan diskursus ideologi Muhammadiyah.

Kenneth (empat dari kanan) dalam momen Konsolidasi dan Launching Naskah Akademik di Gedung Rektorat Lama, UINSA Kampus 1 pada Jum’at (22/11/2024). (Medkom Koorkom IMM UINSA)

Kenneth juga menuturkan bahwa visi dan langkah yang ia bawa berkorelasi dengan aspirasi teman-teman di IMM UINSA. Selama berbulan-bulan, IMM UINSA menggodok naskah akademik sebagai sumbangsih ide untuk pergelaran Musycab periode ini.

“Teman-teman juga sudah berdiskusi dengan banyak Komsiariat dan Koorkom di Surabaya. Mereka juga rutin mengadakan kajian. Hasilnya adalah naskah akademik yang nanti bisa ditelaah bersama. Saya di sini ada untuk menerima amanah gagasan tersebut,” pungkasnya.


 

*Penulis adalah Sekretaris Bidang RPK PC IMM Kota Surabaya dan Anggota Cendekiawan Institute.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *