
Surabaya (10/10) – Dalam IMM, perbedaan tingkat kohesivitas kelompok antar Komisariat sering kali terlihat. Beberapa Komisariat tampak sangat solid, sementara yang lain terlihat kurang, bahkan ada yang nyaris tidak memiliki kekompakan.
Melihat hal ini, Cendekiawan Institute melakukan riset mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kohesivitas kelompok. Riset ini dilakukan di IMM Komisariat Ibnu Rusyd UIN Sunan Ampel Surabaya pada 2-9 oktober 2024. Responden dalam penelitian ini berjumlah 38 kader dari tahun angkatan 2021-2023.
Riset ini menemukan bahwa ada tiga faktor yang secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap kohesivitas kelompok. Ketiga faktor itu adalah komunikasi interpersonal, dukungan sosial, dan motivasi berorganisasi. Semua faktor tersebut berpengaruh terhadap kohesivitas kelompok sebesar 68,7%.
Pentingnya Kohesivitas Kelompok
Ketua Cendekiawan Institute, Muhammad Habib Muzaki menjelaskan bahwa riset ini berangkat dari keluhan kader-kader. Tidak sedikit yang mengeluhkan bahwa teman-teman di Komisariatnya kurang solid, kurang kompak, dan seakan tidak ada rasa memiliki satu sama lain.
“Ada juga yang mengeluh soal bagaimana cara membuat kader-kadernya raket. Beberapa mengeluh bahwa segala cara yang dilakukan tidak maksimal untuk membuat kader-kader menjadi kompak satu sama lain. Setelah kami telurusi di literatur-literatur, keresahan teman-teman ini merujuk pada apa yang disebut sebagai kohesivitas kelompok.
Muzaki menambahkan bahwa kohesivitas kelompok merupakan aspek yang cukup penting dalam menjaga keberlangsungan kehidupan organisasi. Memperkuat kohesivitas kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui riset untuk mengungkap pengetahuan dengan tingkat kebenaran yang diuji secara ilmiah.
“Menjawab tantangan ini, Cendekiawan Institute melakukan penelitian dalam rangka memberikan landasan untuk solusi yang efektif dalam meningkatkan kohesivitas kelompok di IMM. Oleh karena itu, riset untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhinya dirasa sangat penting,” ujarnya.
Immawan yang juga adalah Sekretaris Bidang RPK PC IMM Kota Surabaya tersebut menambahkan bahwa pengetahuan-pengetahuan yang dihasilkan dari riset ini nantinya dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pengurus IMM untuk menyusun program-program yang lebih efektif dalam membangun kohesivitas kelompok di Komisariat.
Landasan Konseptual Riset
Kohesivitas kelompok adalah daya tarik emosional di antara anggota kelompok kerja, di mana terdapat rasa saling menyukai, saling membantu, dan saling mendukung untuk tetap bertahan dalam kelompok kerja demi mencapai tujuan bersama (Iskandar & Syueb, 2017). Adapun indikatornya adalah kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik, dan kerja sama kelompok (Malik, 2017).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi Kohesivitas kelompok. Salah satunya adalah komunikasi interpersonal (Zulfiani et al., 2021), dukungan sosial (Rahail et al., 2020), serta motivasi berorganisasi (Arninda & Safitri, 2011).
Zulfiani et al. (2021) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman pesan yang terjadi antara individu dengan individu lainnya, di mana terdapat efek dan umpan balik secara langsung. Adapun indikatornya adalah keterbukaan, empati, sikap mendukung, dan sikap positif.
Sedangkan dukungan sosial adalah pengalaman menerima pertolongan dari orang lain. Dukungan ini dapat berupa bantuan informasi, dukungan emosional, penghargaan, dan bantuan instrumental yang membantu individu dalam menghadapi berbagai situasi. Adapun indikatornya adalah dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan instrumental (Rahail et al., 2020).
Terakhir, motivasi berorganisasi adalah kesediaan individu untuk memberikan usaha terbaik mereka demi mencapai tujuan bersama. Semangat dan dorongan yang tinggi dalam berorganisasi akan menentukan seberapa besar prestasi yang dapat diraih oleh individu maupun organisasi secara keseluruhan. Adapun indikatornya adalah aspek individual dan aspek organisasi (Arninda & Safitri, 2011).
Temuan Hasil Riset
Riset ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk membuktikan hipotesis bahwa komunikasi interpersonal, dukungan sosial, dan motivasi berorganisasi berpengaruh terhadap kohesivitas kelompok, baik secara parsial maupun simultan.
Populasi dalam penelitian ini adalah kader-kader IMM Ibnu Rusyd tahun angkatan 2021-2023 yang berjumlah 38 orang. Riset ini menggunakan teknik sampling jenuh, sehingga semua anggota populasi menjadi sampel penelitian.
Data yang diperoleh juga telah lolos uji instrumen penelitian, berupa validitas dan reliabilitas. Lalu, juga telah lolos uji asumsi klasik, meliputi normalitas, heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas. Sehingga hasil analisis dapat dianggap akurat dan dapat dipercaya untuk mendukung hipotesis yang diajukan.
Hasil riset ini menemukan bahwa secara simultan, komunikasi interpersonal, dukungan sosial, dan motivasi berorganisasi berpengaruh terhadap kohesivitas kelompok. Analisis data juga menunjukkan bahwa ketiga variabel tadi berpengaruh sebesar 68,7 % variasi terhadap kohesivitas kelompok. Sedangkan sisanya, 31,3 % dipengaruhi variabel lain yang tidak dibahas di dalam penelitian ini.
Meski demikian, dalam uji parsial, hanya variabel komunikasi interpersonal yang memiliki pengaruh positif. Sedangkan kedua variabel lainnya tidak berpengaruh secara parsial. Variabel komunikasi interpersonal memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap kohesivitas kelompok.
Artinya, meskipun strategi-strategi yang terkait dengan dukungan sosial dan motivasi berorganisasi tetap penting untuk diperhatikan, namun komunikasi interpersonal memiliki dampak yang lebih besar dalam meningkatkan kohesivitas kelompok.
Oleh karena itu, fokus pada peningkatan komunikasi interpersonal dapat menjadi kunci dalam meningkatkan kohesivitas kelompok. Di sisi lain, dukungan sosial dan motivasi berorganisasi juga penting, namun tidak dapat berdiri sendiri.
Kohesivitas Kelompok adalah Kunci
IMM Ibnu Rusyd merupakan salah satu Komisariat yang memiliki banyak sekali agenda formal maupun non formal. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum IMM Ibnu Rusyd Periode 2023-2024, Ababil Firdaus Ramadhan.
“Agenda non formal memang menjadi perhatian khusus di Komisariat ini selama satu tahun belakangan. Secara by design, agenda-agenda non formal itu diupayakan selalu ada, bahkan hampir di setiap pekan. Tujuannya adalah membangun kedekatan satu sama lain,” jelasnya
Ia menambahkan bahwa kedekatan antar anggota itu sangat penting. Dalam sebuah organisasi, terutama seperti IMM, kekompakan dan rasa kebersamaan menjadi fondasi penting untuk mendukung keberhasilan setiap program yang dijalankan.
“Alhamdulillah jika apa yang kami lakukan selama setahun belakangan ini mengarah terhadap pembentukan kohesivitas kelompok. Kami sendiri juga melihat bahwa partisipasi kader-kader dalam setiap agenda pun terbilang baik sejak adanya masifikasi agenda-agenda non formal sebagai wujud perkaderan menggembirakan yang dirancang bersama,” paparnya.
Ababil berharap agar hasil riset ini dapat menjadi pertimbangan bagi IMM di banyak Komisariat, khususnya untuk IMM Ibnu Rusyd itu sendiri. Ia juga mengharapkan agar riset-riset semacam ini juga masif dilakukan di banyak elemen ikatan. Sebab data-data riset dapat menjadi acuan untuk membuat program kerja yang lebih efektif ke depannya.
“Kami bersyukur bahwa Komisariat ini memiliki rasa kekeluargaan yang dibutuhkan bersama. Semoga pengurus di periode berikutnya dapat melanjutkan upaya-upaya untuk membangun kohesivitas kelompok sebagai instrumen untuk mencapai tujuan organisasi,” pungkasnya.
*Penulis adalah Ketua Umum IMM Komisariat Ushuluddin dan Filsafat serta Anggota Cendekiawan Institute.