Bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, ia hadir setahun sekali. Pada bulan Ramadan ada satu malam yang sangat istimewa dan sangat mulia, yaitu malam lailatulqadar. Sebuah malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
Istilah “seribu bulan” di sini mengacu pada keutamaan dan kemuliaan malam tersebut yang dipercaya mempunyai berkat melebihi ibadah selama ribuan bulan. Penekanan ini ditemukan dalam surah Al-Qadr, di mana disebutkan bahwa malam itu lebih baik daripada seribu bulan. Penafsiran atas makna “seribu bulan” sendiri begitu beragam di antara pendapat para ulama.
Gambaran surah Al-Qadr mengenai keutamaan lailatulqadar inilah yang membangkitkan semangat umat Islam. Semangat tersebut kiranya dapat dilakukan dengan bertafakur, beramal, dan memperbanyak ibadah di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Namun, waktu lailatulqadar sendiri terselubung penuh misteri, sedangkan prediksi dan penentuan yang dikemukakan oleh para ulama hanyalah bersifat takwil atau apologi.
Selain itu, terdapat beberapa hadis yang dapat memberikan pemahaman tentang malam lailatulqadar. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Sahabat Abu Hurairah mengenai penjelasan terkait malam lailatulqadar. Dalam hadis tersebut Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan orang yang beribadah di malam Lailatul Qadr dengan iman dan mengharap pahala juga akan diampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhari no. 1901).
Hadis lainnya yang juga berkaitan dengan malam lailatulqadar adalah riwayat yang berasal dari ‘Aisyah. Hadis ini lebih kurang dapat dijadikan pula sebagai acuan untuk mendapatkan malam lailatulqadar. Bunyi hadis tersebut adalah sebagai berikut:
“Rasulullah Saw. senantiasa beriktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan dan beliau bersabda, ‘Raihlah malam lailatulqadar pada sepuluh hari terakhir.“ (HR. Tirmidzi no. 712).
Dari dua hadis di atas, seyogianya sebagai umat Islam dapat melakukan amalan-amalan kebaikan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Dengan kata lain, melalui berbagai amal kebaikan tadi harapannya, insyaallah bisa mendapatkan dan merasakan keistimewaan malam lailatulqadar.
Hal apa saja yang harus dipersiapkan? Banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan saat malam lailatulqadar, salah satunya adalah dengan mengerjakan salat sunah. Salat sunah seperti salat tahajud, salat tasbih, dan lain sebagainya dapat dilakukan sesuai dengan kesanggupan masing-masing dengan harapan Allah Swt. mengabulkan doa yang dimohonkan di malam lailatulqadar.
Selain itu, di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan biasanya mulai banyak orang-orang yang beriktikaf di masjid. Iktikaf sendiri merupakan usaha untuk mendekatkan diri (muraqabah) kepada Allah dengan penuh ikhlas.
Pada momentum inilah seorang muslim menyerahkan diri kepada Sang Khalik dengan berupaya untuk taat beribadah kepada Allah Swt. sesuai petunjuk-Nya dan tak ingin berpaling dari-Nya. Dalam hal ini, seorang yang beriman akan merasa seolah-olah berdiri di depan pintu rahmat-Nya menunggu datangnya pengampunan dari Allah Swt.
Umat Islam juga dapat memperbanyak zikir, menghabiskan malam lailatulqadar dengan banyak mengingat kebesaran Allah Swt. Zikir yang dilakukan dengan khusyuk juga dapat menenangkan hati dan pikiran, serta sebaiknya dapat dilakukan di Masjid.
Bulan Ramadan juga seharusnya dapat menjadikan umat Islam untuk semakin rajin membaca Alquran. Seperti halnya kegiatan tadarus bersama untuk menghabiskan malam merupakan amalam yang mulia, sembari menanti malam lailatulqadar. Amalan membaca Alquran saat bulan Ramadan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, seperti sabda Rasulullah Saw.:
“Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi).
Sementara itu, Rasulullah Saw. juga menjelaskan dalam hadis dari Anas radiyallahu’anhu tentang kemuliaan melakukan sedekah di bulan Ramadan. Hadis itu berisi, “Rasulullah Saw. pernah ditanya, ‘apakah sedekah yang paling utama?‘ Ia menjawab, ‘sedekah di bulan Ramadan.” (HR. Al-Baihaqi). Keutamaan ini semoga dapat memberikan motivasi dan dilakukan dengan berbondong-bondong oleh umat Islam di momentum bulan Ramadan ini.
*Penulis adalah Sekretaris Bidang RPK Koorkom UMSurabaya Periode 2023-2024 dan Sekretaris Cendekiawan Institute.